Tuesday, April 30, 2013

Distraction

Aku hanya dapat memandangi wajahnya dibalik kaca tebal yang membatasi antara aku dan Farida, namun itu tidak sebanding dengan tepi batas imaginer yang kasat mata terbentang lebar antara jiwaku dan jiwanya yang tengah berjuang menjalani takdir hidup. Aku kira dengan membawanya ke Jakarta akan membawa perubahan yang lebih baik dengan kondisinya, tapi semua perhitungan dan analisa para dokter itu salah walau aku tidak dapat menyalahkan mereka juga.