Wednesday, December 5, 2012

Kedunglaban

Aaah kampret, gara-gara semalam gak bisa tidur hari ini aku jadi bangun siang. Kulihat rumah sudah rapi, jendela sudah dibuka dan udara segar leluasa menyapaku yang masih sembab oleh kelelahan yang luar biasa. Terhuyung dan berusaha memicingkan mata, meraih anak tangga menuju teras depan.

Kulihat mbok Suratmi sudah sibuk menyapu halaman, aku lirik jam tua di sudut dinding ruang tamu. Menunjukkan pukul 07.05 pagi.
"Mbok, bojomu dah berangkat ke ladang kah ?"
"inggih mas, sudah dari jam 6 tadi. Dia gak tega mau bangunin mas Gee, akhirnya dia jalan sendiri."
Aku tidak menimpalinya lagi, aku hanya menghempaskan pantatku di kursi teras. Akulihat si mbok sudah selesai menyapu dan bergegas masuk kedapur untuk melanjutkan kerjaannya yang lain. Sementara aku? masih berusaha menyatukan sisa-sisa nyawa yang masih belum terkumpul sempurna.
"Ini sudah pertengahan bulan kedua semenjak aku disini, tapi sepertinya tidak tampak perubahan dalam hidupku. Masih kusam, kusut dan tidak terurus, masih dihantui dan terus dihantui, hmm welcome to the fallen Gee..." lirihku pada diri sendiri.
Tidak lama kemudian, secangkir kopi panas dan sepiring gorengan pisang dibawa oleh Suratmi ke meja di teras tempat aku duduk.
"Ngopi dulu mas, nanti baru menyusul Mase ke Kedunglaban."
"looh, bukannya ladang yang di sisi bengawan toh?"
"enggak mas, hari ini Mase mau panen kelapa sama pisang yang di kedunglaban. Ini beberapa tandan udah dibawa si Parmin, langsung saya goreng buat mas Gee"



Nenek memang punya beberapa lahan persawahan dan kebun di daerah sini, yang aku tahu ada tiga. Satu dan yang paling sering aku kunjungi sewaktu libur sekolah dulu adalah kebun yang disisi bengawan kira-kira 500 m2. Tidak besar hanya ditumbuhi oleh tanaman buah dan beberapa pohon kelapa. Tapi karena posisinya dekat bengawan, tanah ini lebih sering dipakai untuk beristirahat dan rekreasi keluarga yang datang dari kota. Sekedar makan bersama digubuk pinggir bengawan, atau mau menceburkan diri kedalam bengawan itu sendiri berenang menikmati payau nya air pertemuan antara tawar dan asin. Benar-benar surga bagi petualang sepertiku, mungkin sepupuku yang lain tidak sesering aku mengunjungi nenek disetiap liburan sekolah. Makanya mungkin oleh sebab itu aku menjadi cucu kesayangannya, dan aku lebih mengenal nenekku jauh lebih dalam dari siapapun diantara cucu yang lain.

Jujur saja, kedunglaban adalah kebun yang paling jauh diantara lokasi tanah milik nenekku, dan aku sendiri belum pernah kesana. Hanya berbekal pertanyaan pada penduduk sekitar saja untuk meminta arah lokasinya. Tidak sulit memang untuk bertanya pada para penduduk, karena memang nama Soewito sudah dikenal disepanjang pesisir pantai selatan Ciamis ini. Kebetulan dulu kakekku adalah seorang mantri kesehatan yang sangat dikenal masyarakat. Pengabdiannya yang tanpa pamrih, sangat ditunggu disetiap desa, aku hanya tinggal bilang Haji Soewito mantri desa... para penduduk yang usianya diatas 30 tahun pasti mengenalnya. Sedangkan aku? aku bukan siapa-siapa dan tidak menjadi apa-apa, hanya seorang pecundang yang sedang melarikan diri di belakang nama besar keluarga. Coba bangkit dari kejatuhan ini, itu pun jika aku bisa bangkit, dan kembali melanjutkan hidup.

-o0o-

Ternyata lokasi Kedunglaban sangat jauh berada di kaki gunung larangan, aku baru ingat cerita nenek yang pernah mengatakan satu-satunya tanah yang sebetulnya tidak niat dimiliki adalah tanah di Kedunglaban. Tanah itu adalah hadiah dari seorang meneer belanda dahulu karena kakek telah menyembuhkan sakit anaknya. Tidak ada yang mau membeli atau memiliki tanah didaerah sekitar hutan larangan. Lebih pada mitos yang diceritakan turun temurun akan angkernya hutan tersebut oleh mahluk halus atau penunggunya.

Kira-kira sebatangan rokok lewat, akhirnya aku tiba di kaki gunung tersebut (kayaknya batang cerutu, bukan batang rokok... secara jaraknya jika diukur bisa mencapai 2 km sendiri dari rumah). Aura dari gunung ini memang sangat berbeda, aku seolah berada di sebuah alam yang terasing walau sebetulnya jenis dan bentuk pepohonannya tidak jauh berbeda. Namun seakan mereka mempunyai beribu pasang mata yang sedang mengintaiku, saling berbisik seolah bertanya siapakah sosok pendosa yang masuk daerah mereka ini.

Samar-samar aku lihat beberapa buruh tani sedang sibuk mengumpulkan hasil kebun yang berupa pisang, kelapa dan buah-buahan. Dimandori oleh partner kesayangan nenekku Mr. Buyoung (at least that what Alice said to him hahaha). Melihat aku datang dari kejauhan, Buyung segera bergegas menghampiri.
"mas Gee, hasil panen hari ini lumayan banyak. Kondisi cuaca lagi bagus karena bertepatan menjelang awal musim hujan, kualitas buahnya pun sempurna."
"hehehe, aku gak sedetail itu kali Yung, aku ndak mengerti tentang masalah jenis dan kualitas buah-buahan. Aku kemari cuma mau tahu, penasaran aja kebun nenek yang paling ditakuti oleh cucu-cucu nenek yang lain itu ternyata ini toh"
"Iyo mas, padahal kualitas tanah disini buat pertanian ataupun perkebunan bagus. Cuma Mantri Soewito saja yang berani membuka lahan sampai sejauh ini, berdampingan dengan hutan larangan. Dan konon menurut cerita dari perjanjian dengan penunggu disini hanya keturunannya lah yang boleh masuk ke hutan larangan."
"Halah Yung, kamu tuh percaya mistis begitu, percaya sih boleh aja Yung tapi jangan terlalu menjadi pegangan hidup...syirik itu namanya"
"Iya, ini kan cerita turun temurun dari karuhun, saya cuma meneruskan saja"
"Meneruskan cerita dengan bumbu-bumbunya ya hahaha, ya wis lah aku pan bantu-bantu juga nih mana barang yang sudah siap diangkut ke mobil ?" tanyaku seraya berdecak kagum dan bersyukur, ternyata hasil bumi yang sudah dilimpahkan Tuhan pada keluargaku sangat berlimpah, hanya saja aku yang sangat kurang dalam mensyukurinya.

-o0o-

Jangan panggil aku Gee jika sehari tidak dilewatkan dengan sumpah serapah, karena ada saja hal yang membuat aku jengkel. Mengenai hari ini tidak ada hubungannya dengan Buyung, melainkan lokasi antara kebun dan truk pengangkut yang mencapai 500 meter sendiri. Tidak ada angkutan yang berani mendekat lagi dikarenakan tahayul itu. Wal hasil aku harus mengangkut hasil kebun dan berjalan 500 m sendiri... bagus kan, sempurna mengerjaiku hari ini...

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda