Tuesday, January 29, 2013

Dying


Aku bersandar disebuah pohon besar, mencoba berlindung dari teriknya matahari yang tanpa ampun membakar kulit siapapun yang memaksakan diri berjalan ditengah lengangnya terminal Tamanan kota Kediri. Aku memang tidak membawa barang apapun selain pakaian yang menempel dibadanku, namun sesungguhnya beban yang tidak kasat mata lebih besar dari daya tampungku sendiri sehingga jangankan untuk berjalan, bahkan untuk menghirup segarnya udara dibawah pohon yang rindang ini pun tidak dapat aku nikmati.


Kuraih sebatangan rokok yang selalu menjadi temanku yang setia tanpa peduli suatu saat benda itu akan membunuhku. Kunyalakan dan kuhisap dalam-dalam berharap beban yang tak kasat mata itu bisa sedikit banyak berkurang.

I do really loved her with all my heart, though I realized that she's can never be mine.

Quotation itu selalu terngiang dalam ingatanku, bersamaan hadirnya bayangan Maya yang menghampiri. Menggoda disetiap relung jiwaku, yang dapat membuatku merasakan syurga dan neraka dalam saat yang bersamaan.
Aku masih teringat jelas saat dia menggodaku, dengan isengnya mencabuti bulu kakiku, bahkan ketika berulah layaknya anak ABG berciuman dengan penuh gairah didalam bioskop tanpa peduli penonton yang disebelahku.
Jika seandainya aku bertemu Maya pada saat aku sendiri, mungkin dia tidak akan pernah pergi dari hidupku.
Jika seandainya saja aku lebih cepat menyelesaikan proses perceraianku dengan Farida, tentu takkan pernah ada tamparan perpisahan dipipiku.
Jika dan hanya jika semua ini berjalan sesuai dengan harapanku, mungkin saat ini aku tidak perlu menjadi obyek pelengkap penderita dari sebuah konspirasi yang menjijikkan.

-o0o-

I feel totally alone now, she knew exactly my weakness. So she can hit me on that spot, yes on my weak spot. But one thing that she never know is that I slightly change, I realized my weakness and I will recover it.
She using Rinjani as a decoy to bring me to this town and she can ask my favour for everything she want. Women, yes I admit it as my weakness while someone else have weakness on money, politics or power. The question is why Rinjani, the woman that I starting to trust. Aku sangka dia seorang yang dapat dipercaya, tapi nyatanya hanya seorang pembohong dari sekian banyak pembohong dari sebuah konspirasi kompleks yang membuat kepalaku sakit.


"Are you happy now ? I knew you are smiling up there..." gumamku sambil menengadahkan kepala jauh menembus birunya langit. Coba memastikan bahwa ucapanku sampai pada penguasa langit dan bumi, yang mengatur takdir dari setiap manusia. How hard I try to be a better person, my destiny was already written in lauh mahfudz that I'm the one who has to be fallen no matter what.

And now here I am, sitting without knowing how am I supposed to do. Just try to ease the pain, yes pain that never healed and killing me slowly but sure. Bahkan dalam sekaratnya pun Farida tetap saja membuat masalah bagi hidupku, lalu apakah aku masih berkepentingan untuk peduli padanya ? bukankah dia sudah memiliki seseorang yang dicintai dan mencintainya ?

Tapi kenapa semua harus dibuka pada saat yang bersamaan dengan terkuaknya konspirasi ini ? semua terkesan hanya untuk mengeksploitasi rasa iba ku dan aku kembali padanya mengikuti semua keinginannya, lalu dia dapat berbuat sesukanya karena dia tahu benar kelemahanku.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda