Wednesday, December 26, 2012

Forgiven But Not Forgotten


She save my day 'till I back to Jakarta (yes, I'm talking about Rinjani), fiuh Ciwidey... What a story. Tidak hanya penyelamat bagi CDM tapi juga bagiku yang saat ini benar-benar membutuhkan teman untuk sharing dan menemaniku dari kesepian yang membunuhku secara perlahan tapi pasti.
Sekembalinya ke hotel dan membersihkan diri seperti biasa aku membuka email dan memeriksa lagi agenda yang mungkin terlewatkan.
Hari ini benar-benar melelahkan dengan segala tricky war between Rin and I which is me who always get punked (pitty me...)

Dan aku kira semua yang terjadi hari ini bisa menghapus gambaran indahnya bibir Maya ? Ternyata aku salah, bayangan itu kembali menghampiriku disaat aku sendiri dan kesepian seperti saat sekarang.
Deklarasi genderang perang melawan bayangannya sudah ditabuh, segala daya upaya dikerahkan untuk menghapus indah senyumnya, bahkan untuk sekedar mengingat harum wangi tubuhnya yang membuatku gila. Mungkin tinggal satu usaha yang belum aku lakukan yaitu menjedotkan kepalaku ke dinding but obviously  I wont do that... Yet.
Tanya lagi kenapa tidak aku jalani saja hubunganku dengan Maya? Padahal aku sudah berstatus free sekarang, tapi ikatan ini tidak dapat aku putuskan. Ikatan secara emosi maupun secara perasaan, diakui atau tidak Farida selalu menjadi prioritas utama hingga kapanpun, baik dalam ikatan pernikahan ataupun tidak. Apakah itu berarti aku masih mencintainya ? fiuh I never know.
Seperti juga malam ini, tepat ketika mata hampir terpejam menikmati istirahat panjang, tiba tiba notifikasi email berbunyi. Notifikasi email khusus untuk menandakan email dari Farida, yang entah kenapa konfigurasi notifikasinya belum aku ganti... Ralat, tidak ingin aku ganti.

-o0o-

"Papa, jangan lupa besok lusa ulang tahun Lisa. Ditunggu kedatangannya kalo sempet, yaa kalo enggak, minimal telp juga gapapa, Lisa tanya terus papa koq gak dateng-dateng. Udah hampir genap enam bulan loh pah... Yours, Farida"
Ah kenapa aku bisa sampe lupa ulang tahun anakku sendiri, huft. So... I think, kepulanganku ke fallen chamber tertunda lagi. Aku berencana melanjutkan perjalanan ke Kediri, I don't know but I feel like she need me (over PeDeH? Maybe)... Though she already married with her ex boyfriend in high school.

Aku tak dapat membayangkan bagaimana keluarga Farida akan memperlakukanku nanti, semakin lengkap sudah dilema yang aku kumpulkan hari ini. Tidak... aku tidak boleh tinggal sendirian di kamar hotel ini, bisa mati berguling-guling dicekik oleh gundahku sendiri, hemm mungkin ada baiknya jika aku cari hiburan ke tempat yang tidak pernah aku kunjungi sebelumnya.

-o0o-

Selang satu jam kemudian, aku sudah menghempaskan pantatku ke jok belakang taksi yang entah akan membawaku kemana, aku sendiri bingung hiburan apa yang cocok buatku malam ini.
"Selamat malam pak, tujuannya kemana ?"
"Take me wherever you want bro..." jawabku sambil coba bersender dan memejamkan mataku coba menjauhkan bayangan bidadari yang bermain dikepalaku. Tanpa banyak basa-basi sopir taksi pun membawaku ke dunia antah berantah yang mungkin akan membuatku senang atau malah membuatku semakin terhempas dalam deraian sesal tanpa asa.
"Kalo boleh saya kasih saran pak..."
"Yup..."
"Gimana kalo saya antar ke papi Junkies?"
"Apaan tuh ?"
Sopir taksi hanya terkekeh nakal, sambil berkata "Junkies Spa, di daerah kota boss"
Shit, aku hanya garuk-garuk tanpa tahu harus jawab apa. "Gak usah, jalan terus bro... tar kalo guwe bilang berenti... baru deh berenti"
"Iya pak... maaf" sepertinya sopir taksi itu salah menilai ku yang tidak berminat pada kesenangan sesaat seperti itu, ya tidak semua laki-laki menyimpan otaknya di bawah perut. Bagiku bercinta adalah momen ungkapan dari rasa cinta yang terdalam dari sepasang insan yang sudah tidak dapat lagi diungkapkan oleh kata maupun rasa. Hanya orang tolol yang rela membuang rupiahnya demi mencelupkan batangan tak berotaknya pada setiap lobang tanpa ada rasa cinta atau rasa menghargai hanya semata mengikuti angkara jiwa yang gelap dan bodoh.

-o0o-

"Antarkan saya ke apartemen Rasuna..." Setelah 30 menit berputar-putar sekitar jakarta selatan akhirnya pilihanku sudah bulat, aku harus meminta maaf pada Maya. Mungkin dia akan menghardik, menampar, atau bahkan mungkin mengusirku dari apartemennya tapi itu resiko yang harus aku terima.
Selang 15 menit kemudian, taksi berhenti di lobby apartemen, tidak sulit bagiku untuk masuk langsung ke tempat Maya karena aku masih punya VIP Card yang diberikan Maya agar kapan saja aku bisa istirahat di apartemennya.
Sudah 5 menit lamanya aku berdiri didepan pintu, tapi aku masih belum cukup mengumpulkan keberanian untuk mengetuk dan melihat wajah cantik itu didepanku. Beruntung aku tidak harus berlama-lama disitu karena tidak lama kemudian pintu terbuka dari dalam dan sepertinya Maya kaget setengah mati mengetahui aku sedang berdiri didepan apartementnya.
"Oh my god, Gee... kamu bikin kaget aja... sejak kapan berdiri disitu ?" aku hanya tersenyum penuh penyesalan.
"Hai... nice to meet you too" jawaban yang ngaco, sama sekali tidak menjawab pertanyaan dia.
"Kurang puas menyakitiku Gee ?" Wajah kagetnya kini berubah menjadi wajah menyeramkan, seakan hendak menerkamku bulat-bulat.
"Can I come in ?" tanyaku, dia hanya terdiam memandangku tajam. aku tidak pernah menyangka akan menyakitinya sebegitu dalam, penyesalan yang tidak pernah dapat aku maafkan telah menyakiti perasaan orang yang aku sayangi.
"Aku sudah menutup hatiku untukmu Gee, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi..."
"Ya aku tahu, aku menyesal... aku ingin meminta maaf telah menyakitimu"
"Sangat Gee... sangat sakit... kau mencampakkanku bagai sampah, setelah aku berikan segalanya untukmu"
"Tapi setidaknya boleh aku masuk untuk membicarakan ini, gak enak dilihat orang..." jawabku. Akhirnya dia mempersilahkan aku masuk, tanpa sedikitpun merubah tatapan wajahnya yang tajam dan menusuk.
"Silahkan duduk Gee, mau minum apa ?" tanya Maya seraya membuka persediaan logistiknya.
"Cafe latte if you don't mind..." jawabku tak berubah setiap aku berkunjung ke tempat dia, menu yang tidak bisa aku ganti dengan minuman apapun. Bisa dikatakan aku addicted oleh Cafe latte buatan Maya yang sangat spesial.
Singkat cerita, cafe sudah disuguhkan didepanku namun Maya tetap berdiri tanpa melepaskan pandangannya  ke arahku. "Jadi apa pejelasanmu ?" aku menghela nafas, sepertinya aku benar-benar membuatnya gusar dengan segala tingkahku selama ini.
"Pertama aku ingin meminta maaf, I was having really bad days lately"
"So now, you ask me to forgive you, and fully understand with all you have done to me..."
"Huft... what can I say, I'm sorry" jawabku lirih
"I forgive you Gee... but I can't forget what have you done to me..." ujarnya, kelopak matanya mulai berkaca-kaca.
"Apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semua itu ?"
Dia diam sejenak lalu berkata "Dimulai dari tidak mengganggu hidupku lagi selamanya Gee..."
Bagai petir yang menyambar dikeheningan malam, semua persendianku terasa ngilu dan lemas. "Aku berharap kita bisa memperbaiki hubungan kita" sebuah pernyataan yang terlontar begitu saja menembus batas sumpah yang telah aku ucapkan, aku tak adapat menahannya bahkan tidak dapat berfikir lagi harus berkata apa.
"Terlambat Gee... semua sudah terbuka sekarang, aku hanya jadi objek pelarianmu saja. Sejauh apapun kau berlari kamu akan berakhir dipelukannya. Sampai kapanpun hingga maut memisahkan kalian... aku bisa melihat dari matamu Gee" kini air matanya mengalir deras dari sudut matanya tanpa dapat tertahankan.
Speechless, yes I can't say anything right now... jadi spontan aku berdiri dan memeluk dia.
Namun dia segera menahanku "Sebaiknya kamu pulang, biarkan aku sendiri... kembalilah padanya Gee, aku hanyalah sampah tak berarti"
"Aku tidak punya tempat kembali saat ini May... " jawabku dengan nada meninggi, aku kehabisan kata untuk memohon padanya untuk kembali hingga tanpa sadar aku berlutut dihadapannya seraya memohon
"Kembalilah padaku May, aku bodoh merasa dapat hidup sendiri tapi nyatanya aku kesepian tanpa adanya dirimu... demi tuhan aku tidak pernah memohon sebelumnya pada siapapun May... bahkan pada ibuku sekalipun... aku mohon May" aku genggam erat tangannya, namun dia menepis berbalik membelakangiku.
Persetan dengan ego, persetan dengan janji, aku berkata sejujurnya hari ini. Aku rapuh tanpa dia dalam hidupku.
"Gee... pembicaraan kita sudah selesai, begitu juga hubungan kita, seharusnya kau lakukan itu jauh sebelum kau mencampakkan aku" Maya berkata tanpa sudi melihat diriku yang berlutut di lantai menahan emosi dan kecewa yang sangat mendalam.
"Tidak, aku tahu kamu masih mencintaiku May... jauh didalam lubuk hatimu terdalam. Berilah aku kesempatan sekali saja May... Aku mempertaruhkan segalanya demi kamu May..."
"Kamu kira aku tidak mempertaruhkan segalanya ?" kini Maya yang berganti membentakku dengan keras, membalikkan badan dan menatapku dengan tajam.
"Karirku sedang menanjak Gee, dan aku pertaruhkan semuanya untuk sebuah affair yang melibatkan my company partners? I thought you will defend me when they accused me as a bitch who has become your cause of divorce. But what did I've got ? you run away like a bastard..."
"Ya sudah, aku benar-benar menyesal kenapa enggak setidaknya kita coba sekali lagi May..."
"You the one who said it's all over... remember ? you the one who leave me without anything, and now you asked me to came back with you ? what for ? so you can hurt me once more Gee ? is that it ?"
"Maya I'm sorry, aku coba perbaiki semua..."
"Gee !!!... semua sudah berakhir seperti katamu, pergilah..."
"Tapi May..."
"Pergii...!!!" kali ini Maya benar-benar berteriak mengusirku.
"Ya sudah, maafkan aku yang telah mengganggu istirahatmu..." perlahan aku bangkit dan dengan langkah gontai menuju pintu keluar, menutupnya perlahan dan hilang di lorong apartemen sama seperti ketika Maya aku campakkan kemarin.

Malam semakin larut, menenggelamkanku dalam kehancuran yang semakin luluh lantak dihantam badai kekecewaan. Hari ini aku menuai hasil dari apa yang telah aku tanam dan DIA membayarnya kontan tanpa menunggu aku memulihkan hati yang sedang terluka dalam.


No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda