Sunday, December 30, 2012

Journey To The East


Kepalaku masih terasa berat mengingat kejadian tadi malam, disepanjang pelipisku pun masih menempel perban yang warnanya sudah tidak putih lagi cenderung kusam dan memerah. Aku coba bangkit tapi rasanya ngilu di bagian rusuk sehingga mengurungkan niatku dan kembali tergolek lemah ditempat tidur. Samar-samar kulihat seseorang sedang duduk di meja sambil asyik mengotak atik laptopku, tapi bukankah itu Rin? Jam berapa ini koq dia sudah ada dikamar hotelku lagi, bukannya semalam dia segera pulang setelah membaringkan aku di tempat tidur? Mendengar aku terbangun dia menoleh padaku, dan menghampiriku dengan tersenyum. "wah, jagoan kita sudah bangun rupanya..."
"ah becanda kamu, but anyway... Thank you for saving me last night, I really appreciate your help"
Seperti biasa Rin hanya tersenyum, lalu mengambil bangku rias dan duduk dekatku.

"Maaf aku tadi gak sengaja baca email-email pribadimu, tadinya iseng aja mau buka FB liat-liat status temen..."
"Sengaja juga gapapa, gak ada yang perlu guwe sembunyikan dari kamu Rin..." Dia kembali tersenyum, lalu sesaat kemudian melirik bungkusan rokok di sampingku.
"May I ?"
"Lah, kirain kamu gak ngerokok ? ambil aja, aku gak pernah pelit kalo bagi-bagi penyakit hahaha ouch..." aku berhenti tertawa karena ternyata guncangan sedikit pada rusukku maka sakit di bagian itu terasa lagi.
"Jangan terlalu banyak bergerak dulu, lukamu cukup parah mas. hmmm jagoan kita tepar juga hihihi..."
"Yeah, untung kamu temenku kalo nggak aku cium asal-asalan..." dia mengernyitkan dahinya
"Gak salah tuh, jadi kalo temen aman ya dari ancamanmu mas ?"
"Hahaha, gak juga..."
"Dasar, kamu tuh aneh mas kalo aku perhatikan persis seperti tokoh Harris di buku yang lagi aku baca"
"He, Harris... siapa tuh...?"
"hihihi, enggak penting... it's just some character on my book"
"huft... tapi aku harus pergi sekarang, ouch..." dengan susah payah akhirnya aku bisa bangkit dan duduk di pinggir kasur busa ini. Diam sejenak meredakan pening yang berputar dikepalaku, tujuanku adalah berangkat ke Kediri no matter what.
"What do you think you are going mas ? istirahatlah dulu..."
"Gak bisa Rin, aku harus pergi ke..."
"Kediri ? ya aku tahu... but in your condition right now ? I don't think so"
"Nakal kamu ya, pake ngintip emailku segala... aku dah cukup kuat koq...huft"
Benar saja, ketika aku coba berdiri tubuhku langsung limbung dan terduduk lagi. "Am I this reckless...?"
"Yes indeed... you are fak-tap mas..."
"Damn... tapi aku puas, salah satu pengeroyokku giginya ilang satu"
"You think you are tough enough, are you happy with this ? shit I should let you die in police station mas..." Aku tertunduk, me and my big mouth lagi-lagi, merasa jago ? atau ingin merasa tangguh didepan mata Rin *I don't know
"Maaf, sudah menyusahkanmu..."
"Ya emang, you have ruined my day mas... bahkan sampe buat ngilangin stress aku ngerokok lagi padahal aku dah berhenti 3 bulan yang lalu" ujarnya seraya menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam.
"Kenapa kamu ngeliatin aku sampe segitunya mas ? gak pernah liat cewek ngerokok ?"
"Bukan, gila yee cara lo ngisep rokok gak kebayang kalo bibir guwe yang kamu isep ampe ngilu atas bawah hahaha"
"kurang ajuwar..." umpat Rin sambil mendorongku hingga terjerembab ke kasur.
"Aww... sakit tau, itu namanya penganiayaan Rin bisa aku tuntut..."
"Halah, nih aku tambahin biar otakmu gak ngeres mas..." timpal nya sambil menggebukku pake bantal. Kami berdua tertawa lepas, walaupun aku masih belum sembuh benar rasanya sakit itu hilang dengan candaan.

-o0o-

Ini kali pertama aku dapat tertawa lepas, sejak melewati masa-masa sulit mulai dari pertengkaran hingga perceraian dan saat putus dengan Maya. Walau aku akui, tidak mudah melupakan sosok Maya yang sudah melekat di kornea mataku. Bayangkan setiap aku mencium bau parfumnya Parish Hilton dimanapun itu langsung teringat betapa wangi harum itu aku nikmati ketika aku menelusuri lembutnya leher dia dengan bibirku. Bahkan lebih gila lagi ketika melihat sandal crocs dengan model skylar flat, aku pasti selalu teringat dia saat menunggu di apartemennya apakah dia ada didalam kamar atau tidak dengan melihat sandal crocs hijau yang sudah kusam miliknya karena pasti akan dia tinggal diluar kamar (dia sangat disiplin pada masalah kebersihan) gila ya sampe sandal nya pun tidak bisa lepas dari otakku, kampret.

"Ngelamunin apa mas ?"
"he ? enggak... gapapa..."
"gak mungkin, kamu diem seperti itu lebih dari dua menit mas itu namanya ngelamun..."
"Aku cuma nginget-nginget lagi kira-kira apa lagi yang harus dibawa..."
"Oooh...oya kamu serius mau berangkat juga ? maksain diri ?"
"Rin... apa yang kamu hargai dari seorang laki-laki ?"
"Maksudnya ?" aku memandang Rin dalam-dalam, memegangi pundaknya dan melanjutkan pertanyaanku yang tadi
"Apakah hartanya ?"
"Bukan... eh iya deng hehehe"
"Gantengnya ?"
"Mungkin..."
"Fisiknya ?"
"Bisa jadi..."
"Then.. I don't have that all criteria, all I have is words..."
"What kind of words ?"
"Karena aku tidak punya semua itu secara aku tidak kaya, juga berwajah pas-pasan, fisik ? jangan ditanya perut aja sudah kayak balon begini. Aku hanya bisa berpegang pada kepercayaan orang dengan memegang teguh janji dan kata-kataku."
Rin hanya terdiam memperhatikanku yang sibuk packing barang kedalam kopor yang cukup besar, sesekali dia bantu menata agar rapi dan dapat dimasukkan dalam satu kopor.
Sejam kemudian, aku dan Rin berpisah di lobby sementara aku siap untuk check out dan melanjutkan perjalanan naik taksi menuju terminal bis, Rin langsung menuju parking area mengambil mobil untuk kembali ke kost-an nya.

-o0o-

Sial, aku tidak pernah menyangka Jakarta bisa sepanas ini. Mungkin karena biasanya aku dimanjakan dengan ruangan ber AC dan tinggal di hotel berbintang 4 aku sudah lupa bagaimana getirnya hidup di jalanan Ibukota tentu berbeda juga jika dibandingkan dengan hidup di kampungku, walau panasnya sama tapi tidak ada polusi yang menyesakkan pernafasan seperti di Jakarta.
Mulai dari dijinjing sampe akhirnya aku geret kopor ini, sepertinya bis yang aku tunggu belum juga muncul. Sudah terbayang betapa beratnya perjalanan yang akan aku lewati kali ini, belum lagi pening kepala dari luka di pelipis yang belum sepenuhnya sembuh membuat pandanganku berkunang-kunang, hanya berbekal semangat saja yang membuatku bertahan. "I coming for you Lisa... wait for daddy..." gumamku...
Tiba-tiba sebuah Honda City berhenti tepat didepanku, perlahan kacanya terbuka dan aku tidak pernah menyangka wajah dibalik kemudi itu yang menatapku dan memanggilku kedalam mobil.
"Mas... masuk..."
"Rin ? ngapain kamu kesini ? bukannya kamu tadi dah pulang...?"
"Just get in to the car, I tell you later..."
Pucuk dicinta ulam pun tiba, tawaran tumpangan gratis ? kenapa enggak... aku masukkan kopor ke jok belakang dan segera duduk manis di sebelah pengemudi cantik yang siap mengantarku, tapi ke Kediri ? ciyuus ?

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda