Friday, February 22, 2013

Objectivity View


Lagi-lagi insomnia menghantuiku, tapi kini bukan bayangan Maya yang bermain dikepalaku melainkan kondisi Farida yang sedang berjuang melawan maut.
Kamar sebelah sepertinya sudah tertidur pulas, karena tidak terdengar lagi suara tertawa Lisa yang bersenda gurau dengan Rin. Aku baru saja hendak merebahkan diri di kasur tiba-tiba pintu kamar hotel diketuk.
"Mas Gee, sudah tidur kah ?" suara Rin dibalik pintu kamar membuatku kembali bingung, haruskan kubiarkan Rin masuk dan menggodaku kembali? Jika malam sebelumnya aku bisa bertahan mungkin malam ini lain cerita.

Thursday, February 21, 2013

I Will Never Leave You


Sudah tiga batang rokok aku bakar untuk memenuhi paru-paruku dengan polusi mematikan ini. Tapi nyatanya rasa bersalah itu tidak juga pergi dari benakku, seolah sisi lain diriku terus meneriakkan caci maki akan kesilapan lidah mengungkap nama terlarang dihadapan Rinjani.
"you are stewpid Gee... You are very-very stewpid..." umpatku pada diri sendiri.
Keringat dingin mengalir deras disela-sela kening dan sebagian membasahi perban yang sudah berwarna merah kecoklatan buah tangan dari Jakarta yang menjadi saksi hancurnya egosentris seorang aristokrat oleh wanita.

Careless Mind


Exhausted... Mungkin itu kata yang tepat menggambarkan kondisi tubuhku saat ini. Dengan langkah gontai aku meninggalkan ruang dokter bersama Raihan, coba menerima bahwa ini semua nyata bukan sekedar mimpi buruk walau harapan untuk terbangun itu tetap melekat dalam hati. Sayangnya aku tahu bahwa ini memang benar nyata adanya.

Tuesday, February 19, 2013

A Moment

Langkah kecil itu nampak kepayahan mengimbangi cepatnya langkah kaki dewasa yang menelusuri lorong rumah sakit, menuju ruangan yang diarahkan oleh perawat di bagian resepsionis.
"Papa pelan-pelan, Ica capek..." keluh Lisa, menyadarkan aku dan Rin bahwa kita tidak berjalan sendiri, ada langkah kecil Lisa yang mengikuti dari belakang.
Aku berbalik dan tersenyum, mencubit gemas pipinya.
"Ya ampun papa sampai lupa kalo ica ada dibelakang" aku segera menggendong Lisa "nah kalo begini, kamu gak akan capek lagi..." Lisa hanya mengangguk dan tersenyum manis. Lalu aku bergegas melanjutkan pencarian ruangan tempat Farida dirawat.

Berpacu Dengan Waktu

Ada sesuatu yang tidak biasa dirumah Farida sore ini, banyak tetangga berkumpul begitu juga kerabat dekat. Mereka sibuk membereskan rumah, namun ada juga yang sedang mengepak pakaian kedalam sebuah tas besar.
Rin sempat kesulitan untuk sekedar memarkirkan mobilnya, sementara perasaanku semakin tidak menentu. Beberapa asumsi buruk terlintas dibenakku, tanpa menunggu mobil terparkir sempurna aku segera melompat dan bergegas masuk kedalam rumah. Hanya satu yang aku cari, namun sosok itu tidak aku temukan. Sementara semua mata tertegun menatapku, dengan sinis dan penuh kebencian.

Monday, February 18, 2013

Penyesalan


Aku coba mengingat kembali kapan tepatnya Farida mulai mengeluh sakit dibagian perut. Saat itu aku hanya menganggap itu hanya alasan dia saja untuk mencari perhatianku. Padahal dia tahu saat itu situasi sudah sangat rumit, dengan segala depresi dan tekanan yang aku terima berusaha untuk berpisah dengan dia.

Sunday, February 10, 2013

Just Take Me Away (Pledoi)

I always said, it was worthed to make my self happy with all the consequences. Again, this is my "pledoi" of my destiny whether I like it or hate it. All I knew is it still killing me slowly but sure.
Aku dan Farida sama-sama tersakiti dengan kondisi ini, tanpa menafikan kenyataan bahwa perselingkuhan itu benar-benar terjadi. Semua yang seharusnya menjadi sebuah pelarian belaka, berubah menjadi cinta yang nyata adanya dan aku terjebak didalamnya.

Saturday, February 2, 2013

Permintaan Terakhir

"Aku tidak pernah bermaksud untuk menipumu mas..." terdengan suara Rin dari arah belakang, aku menoleh kearah suara tersebut. Terlihat Rin dan Lisa berdiri dengan wajah cemas.
"How you can find me?" tanyaku.
"Just my intuition, I think I can find you here"
"hmmm, just lucky guess, I think..."
"Lisa need you mas, she don't want to go back to mbak Farida's house without you"
"Just... Don't say her name in front of me okay... I'm sick of it"
"Mas, mungkin surat ini dapat menjelaskan semuanya..." ujar Rin, seraya mendekatiku dan menyodorkan secarik kertas usang yang masih terlipat rapi.