Monday, December 10, 2012

Aku dan Maya

Sebetulnya Maya masih enggan bangkit dari tempat tidur yang ala kadarnya, namun bau harum yang menggelitik hidung membuat perutnya meronta, berdemo meminta untuk diberikan haknya mendapatkan asupan makanan yang memang sudah sejak kemarin siang belum terisi lagi.

Dengan langkah masih terhuyung, dia keluar kamar mencari sumber masalah bagi perutnya itu. Dia mendapati aku sedang mengolah sesuatu didapur, karena memang aktifitasku perlahan sudah terjadwal untuk menggantikan tugas Buyung mengurusi ternak ayam dan kambing peninggalan nenek.


"Enak bener baunya... bagi dong" pinta Maya yang sudah berdiri dibelakangku, namun aku yang tidak mengerti apa maksudnya tetap mengaduk pakan ayam tersebut yang disangka Maya makanan.
"Sombong bener kamu Gee, baru jadi orang kampung sebulan..."
"He... maksudmu ini ?" kataku sambil menoleh.
"Emang itu apa ?" aku tersenyum geli, karena pertama kali aku datang ke sini pun sama seperti dia mengira bau enak itu adalah makanan.
"Ini makanan buat ayam, mang baunya enak ya? bikin laper... nih ambil aja kalo mau" candaku
"Iiih, kirain makanan..."
"hehehe, belum... makanan masih disiapin sama si mbok. Mungkin bentar lagi lah... sana mandi dulu aja"
"Mang kamu sendiri dah mandi Gee ?" aku hanya tersenyum, tidak berniat untuk memperpanjang percakapan, lalu bergegas menuju kandang ayam.
"Air bak sudah aku isi, kamu tinggal mandi aja yaa... buruan daripada nanti diserobot sama om Rudi"
Maya hanya mendengus kesal, dia kembali ke kamarnya dan aku rasa melanjutkan tidurnya yang tadi terganggu oleh godaan makanan ayam.

Maya yang aku tahu sekarang sudah banyak berubah. Ya aku tidak menyalahkan dia, yang aku coba mengerti adalah rasa sakit hati yang mendalam hanya dapat terjadi ketika kita disakiti oleh orang yang kita cintai. Itu kenapa mungkin antara cinta dan benci hanya terpisah oleh garis tipis yang tak kasat mata, lalu fikiranku menerawan jauh kembali pada awal terjadinya pembenaran dari sebuah pengkhianatan.

-=o0o=-

"Jemput aku..." hanya itu yang tertulis di SMS yang belum sempat aku buka tadi mengingat situasi meeting yang tidak bisa aku tinggalkan. Tapi itu cukup mengganggu karena jumlah SMS yang dikirim dengan pesan yang sama mencapai 20 kali, dan jumlah itu lebih dari cukup untuk membuat gairahku terpancing, mengingat HP aku simpan di saku celana dalam kondisi tanpa nada, hanya getar saja. (silahkan coba sendiri hahaha)

"Maya... Maya... nakal kamu ya, pake SMS terus-terusan, selama belum aku jawab iya pasti akan dikirim terus..." gumamku sambil menggeleng kepala.
Tidak lama kemudian setelah aku balas SMS nya, Maya kirim pesan lagi.
"Curang... jawabannya cuma tiga huruf I Y A doang..." aku cuma bisa cengar cengir sendiri sambil baca SMS dia tanpa peduli orang disekitarku memandang dengan penuh rasa heran.

Sore itu kembali seperti biasa aku menjemput dia ke daerah kuningan Jakarta, memang perlu pengorbanan mengingat tempat kerjaku di Alam Sutera Tangerang. Setidaknya arahku berlawanan dengan arus balik para pekerja kantoran, sehingga aku bisa mencapai daerah kuningan dalam waktu 2 jam menggunakan motor kesayanganku.

-o0o-

Kulihat dari jauh dia sudah cemberut, menungguku di halte bis tempat biasa aku jemput dia untuk makan lalu mengantarnya pulang ke apartemen di daerah kalibata.
"Maaf sayang, hari ini meeting sampai jam 5 sore jadi mau gak mau aku mulai jalan dari kantor jam setengah enam"
"Aku kan bete di halte nungguin sampe item kena knalpot... belum lagi pegel tadi koordinasi sama orang IT di lantai 5"
"Loh kan cuma beda 2 lantai..."
"Pake lift lamaa nunggunya, aku naik turun tangga"
"Ya ampun, coba liat betisnya, wahh..." Tanpa meneruskan ucapanku pun dia sudah faham betul kalo saat itu dia harus mencubit pinggangku keras-keras hingga aku mengaduh.
"Awww... iya... iya... maaf sayang aku becanda" aku cuma bisa nyengir sambil meraup wajahnya yang imut.
"Udah ah, cepetan aku laper..." dia langsung naik ke jok belakang sambil mengambil helm dari gantungan motorku.
"Mau makan di mana ?"
"Siouk... aku pengen nasi Hainan"
"Ada di hotel Idola, mau ?" lagi-lagi pinggangku dicubit sekeras-kerasnya...
"Aduuhhh... aku cuma becanda sayang"
"Jangan becanda sama macan laper... cepetan"
"Iya... iya... " jawabku seraya bergumam "guwe cium asal-asalan ntar kamu"
"I heard that... ayo kalo berani" tantangnya. Dan tentu aku yang mengalah demi menyenangkan hatinya, hmm Maya... seorang partner kerja yang terlanjur memiliki perasaan lebih dalam satu sama lain dan tidak dapat dihindari atau lebih tepatnya tidak berkeinginan untuk dihindari. Kita berdua membiarkan hubungan ini mengalir apa adanya.

-o0o-

"Mas... tolong bill nya ya" kataku sambil melambaikan tangan pada pelayan restoran yang setia berdiri di pintu masuk. Dia pun bergegas ke kasir untuk mengurusi bill makanan yang kita pesan.
"Jadi kamu dapet promosi lagi sekarang ?" tanya Maya
"Iya..."
"Asyiik, naek gaji dong" Aku tahu betul arah pembicaraan dia kemana, hmm aku juga sempet berfikir begitu. Dana kenakalan bertambah tapi ternyata tidak hahaha.
"Enak bener naik gaji setahun dua kali... ya enggak lah, gaji tetep tanggung jawab nambah hehehe"
"Ooowh, kecian Gee ku tambah capek deh. Ntar gak sempet jemput May pulang dong"
"Aku usahakan tetep jemput, seperti biasa kalo aku bilang bisa aku pasti bisa kalo aku bilang gak bisa ya aku jemput kamu lain kali ya"
"Tapi minggu depan kamu bisa santai koq..."
"Emang kenapa ?"
"Aku... dapet tugas... ke kantor cabang di Pekanbaru selama seminggu" jawabnya agak sedikit ragu, takut aku marah karena memang dia baru memberitahu berita ini sekarang tidak hari-hari sebelumnya.
"Tuh kan, selalu bilangnya mendadak..."
"Soalnya kalo bilang seminggu sebelumnya kamu pasti nyusul deh kesana..."
"Emang..."
"Iiihhh... nakal" bibirnya semakin manyun manja, makin membuatku gemes
"Kamu gak kapok ya, dulu kejadian kamu nyusul aku ke lokasi project... tau-tau nginep di hotel yang sama. Malemnya ngelayap ke kamarku"
"hehehehe..." Gee tersenyum penuh arti
"Jangan begitu aku gak suka, kamu selesaikan dulu masalah dengan istrimu..." Seketika itu riak wajahku berubah, aku terdiam dan meredup tanpa keceriaan. Sesaat kami berdua terdiam tak ada yang berani membuka pembicaraan.
"Maaf aku gak bermaksud membahas itu..." rajuk Maya menyadari jika dia kelepasan bicara, sementara komitmen yang berjalan diantara kita adalah dilarang saling membicarakan apapun tentang pasangan masing-masing.
"Kamu benar, walau bagaimanapun masalah itu harus aku selesaikan... aku hanya butuh waktu" yes indeed pernyataan klise dari semua cowok yang mengatas namakan pertengkaran sebagai umpan agar dikasihani dan iba, padahal selamanya janji itu hanya omong kosong belaka. Tapi sayang kebanyakan wanita mudah terbuai dengan pernyataan itu, aku memang brengsek dan aku tenggelam dalam kebrengsekanku.
"Ya sudah mas, maaf ya kalo aku menyinggung perasaanmu... aku jadi merasa bersalah" Maya tertunduk, jemarinya menggenggam erat tanganku seolah hendak menyampaikan isi hatinya bahwa dia takut kehilanganku.
"Iya gapapa, oya aku dah beli barang yang kamu pengen..."
"Barang? emang aku pengen apa ?"
"Kamu kan minta aku tebak kamu pengen barang apa...aku tahu, sebentar" aku pun membuka tasku dan memberikan sebuah bungkusan plastik yang tertera logo Metro.
"Oh my god, please tell me you wrong..." Maya begitu suprise dan harap-harap cemas aku membeli barang yang salah.
"Aku tidak mungkin salah..." jawabku dengan yakin.
"Oh no... oh d*mn, how do you know it ?"
"Aku ngintip diary mu hahahaha..."
"Iiihhhh curaaanggg gak bisa gak bisa..."
"Gak mau, deal tetap deal... aku mau lihat kamu pake itu" kataku.
"Oh my god, aku suka banget warna hotpants nya, makasih ya sayang..." malem itu aku dapat bonus kecupan dari Maya... kecupan hangat yang begitu mengesankan, dan tidak pernah terlupakan.

-=o0o=-

"Gee !!!" Aku tersadar dari lamunanku, suara itu, suara yang aku kenal... begitu cetar membahana *Syahrini !!! just get out of my mind, aku gak mau dibilang plagiat gara-gara mengutip istilah kamu terus. huft !$%*&^@#
Ternyata Maya sudah sedari tadi memanggilku.
"Ya... sebentar aku kasih makan ayam dulu May"
"Gee, ambilin handukku dong, semalem dijemur dibelakang rumah..."
"Haduuh, manjanya gak ilang malah tambah sekarang judes dan jutek... nasiib... nasib..."

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda