Wednesday, May 1, 2013

Friend of Foe ?

"Ahemm... sorry ya kalo ganggu" Suara Maya memecah keheningan yang sejenak menyelimuti aku dan Rin setelah luapan emosi yang tidak tertahan akhirnya lepas tak terkendali. Rin nampak salah tingkah, canggung dan segera duduk menjauh menjaga jarak denganku entah karena takut atau segan dengan keberadaan Maya diantara kami.


Aku segera berdiri menghampiri ruang kaca dan kembali memandangi Farida yang masih tertidur lelap berjuang diantara hidup dan mati. Tanpa mempedulikan Maya yang pada saat itu berdiri dibelakangku, tak ada keinginan untuk memandang sedikitpun kearahnya karena aku tahu itu akan meluluhkan hatiku dan membuat jiwaku jatuh terkulai tanpa dapat melawan.

"Apa khabar Gee...?" tanya Maya
"Yaa beginilah keadaanku, bisa kau lihat sendiri"
Tidak puas dengan jawabanku dia ikut berdiri disampingku memandangi Farida, lalu menoleh kearahku dengan tatapan yang tajam.
"Aku datang baik-baik Gee, sebagai teman yang khawatir akan keadaanmu dan Farida"
"Teman..." aku tersenyum sinis, coba mengatur ritme nafasku agar tidak nampak luapan emosi yang semakin meledak-ledak, agar tidak kembali bersimpuh dan memohon iba nya untuk membuka kembali hatinya untukku.
"Damn Gee... you treat me like an enemy, you don't even look at me" ujar Maya lirih, namun masih dapat aku dengar sepelan apapun suaranya karena setiap kata yang keluar dari bibirnya yang tak dapat aku lupakan adalah untaian kata yang sangat aku nantikan. So naive and stupid, but my heart was hurt too bad to admit all this feelings.
"Enemy?" aku mulai memberanikan diri menatap tajam diantara kedua belah matanya yang indah.
"Sebegitu bencikah kamu pada diriku Gee ? tidak dapatkah kamu menerima kenyataan bahwa hubungan kita memang sudah berakhir dan kembali bersahabat seperti dulu ? aku tidak nyaman dengan kondisi seperti ini"
Aku tersenyum dan mengalihkan pandanganku pada Farida, berharap mendapatkan kekuatan untuk mengucapkan kata yang akan aku sampaikan pada Maya. Sejenak menarik nafas dan...

"I don't have time to looking for an enemy it is wasting my time and my energy, but I don't need you to become my friend either. I want to move along continue on my journey, try to erase you out of my mind. So, be a good person that I knew before as we are not friend like when we first met. "

"Lalu aku harus bagaimana Gee ? dilihat dari sisi manapun hubungan kita memang sudah salah, maafkan aku jika memang harus melepasmu. Justru aku coba menyelamatkan rumah tanggamu agar tidak hancur, kau sendiri yang memilih untuk mengakhiri pernikahanmu... bukan aku" intonasi suara Maya mulai sedikit demi sedikit meninggi.
"I don't care whether you try saving my ass or not, all I knew is that I have try to convince you that I do really care about you, I beg you to say the truth inside your heart, and all I heard is you didn't have anything left about me, yes you dump me like a garbage. So here I am, your garbage... Why now you feel uncomfortable with your own garbage ? Maya... I am not your enemy... I am your garbage remember ?"


"Gak usah sok kebule-bulean begitu, kamu memang brengsek Gee..." mungkin itu kata terakhir yang aku dengan darinya, karena setelah itu dia pergi meninggalkanku. Meninggalkan semua kehidupanku sepenuhnya tanpa berpaling lagi. Sebuah kata yang akan aku sesali seumur hidupku tapi aku harus mengucapkannya.

"Tahukah kamu apa yang aku pinta pada Tuhan setiap malam ?" ujarku setengah berteriak.
"How do I know, and why do I care anyway..." balas Maya seraya membalikan badan dan mulai gusar dengan semua ucapanku.
"Aku memohon pada Tuhan agar hatiku dipalingkan darimu, kau tahu kenapa ? karena aku tidak pernah bisa dan tak kuasa untuk menghilangkan perasaanku padamu. Mungkin aku orang pintar yang bodoh, tapi setidaknya aku bukan seekor kambing yang harus masuk lubang untuk ketiga kalinya May..."
"Jadi kamu fikir selama ini aku membodohimu ?"
"Aku tidak pernah berkata demikian, seperti yang kau katakan sebelumnya. Semua kebodohan adalah ulahku sendiri, dan aku tidak pernah bisa berhenti bertingkah bodoh dihadapan orang yang aku cintai... itu sebabnya aku serahkan semua pada Tuhan karena aku sudah menyerah dengan segala kebodohanku May"
"dulu aku mengagumimu karena kau begitu bijak dan dewasa tapi sekarang sudah tidak tersisa sama sekali... selamat tinggal Gee"

-o0o-

"Oh... my... God... I can't believe you said that mas..." kata Rin seraya memelukku dari belakang sesaat setelah Maya menutup pintu ruangan.
"Yeah, what did you expect anyway... kembali menghiba memohon agar dia menerimaku kembali ?"
"Tapi mas kan begitu mencintai dia ?"
"Cinta... obsesi... hanya dibatasi oleh lapisan yang tak kasat mata, biarlah jika memang aku harus menderita disisa hidupku tanpa mendapatkan cintanya. Karena aku akan lebih menyesal jika harus kehilangan..."
"Sttt.... jangan diteruskan mas, tak ada yang kehilangan apapun, karena jauh sebelumnya pun kita tidak memiliki apa-apa"

Aku dan Rin saling berpelukan memandangi ruang observasi, berharap Farida bisa siuman dan tersenyum kembali...

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda