Monday, January 7, 2013

Proposal

Untaian kabel listrik disepanjang jalan seolah menari mengiringi perjalananku bersama Rin. Ya, kuhabiskan separuh perjalanan ini dengan memperhatikan pemandangan dari balik kaca mobil. Bukan karena tidak tertarik untuk memandang indahnya wajah Rin dibelakang kemudi yang sedang serius memperhatikan jalanan dihadapannya, tapi lebih karena kegundahanku semakin besar membayangkan apa yang akan terjadi nanti di Kediri.

-o0o-

"Pasti mas gak sadar kalo mas sudah hampir satu jam diam dan melamun seperti itu..." Rin memecah keheningan diantara kami berdua.
"Seperti apa?"
"Ya seperti itu, diam menatap kosong jalanan disebelahmu..."
Aku tersenyum, seraya menghela nafas panjang.
"Terus gimana harusnya? Kelamaan liatin kamu juga gak baik buatku"
"oh ya, how come?"
"You know how it will become..." dia malah balas tersenyum dan menatap mataku dalam-dalam seolah coba menebak apa yang ada difikiranku saat ini.
"So, emangnya kenapa..."
"Ah sudahlah, aku sudah cukup terbebani dengan kenangan-kenangan yang tergores dalam perjalanan hidupku"
Dia terdiam sesaat, wajahnya sudah mulai terlihat lelah dan mengantuk.
"Setiap orang mempunyai kenangan hidupnya masing-masing mas, tapi bukan berarti mas berhenti berjalan karena waktu mas dihabiskan dengan mencoba menghapus jejak yang sudah mas torehkan"
"Did I have a choice?"
"Pilihan adalah sesuatu yang ada didepan kita mas, bukan sesuatu yang telah kita lalui karena itu sebetulnya adalah pilihan yang telah kita ambil disadari atau tidak... Juga disukai atau tidak..."
"Jika saja aku tahu akan berakhir seperti ini..."
"Nobody knows what will happen to your life tomorrow, justru itu yang membuat hidup terasa berwarna"
"Berwarna ?" bagaimana dia dapat mempunyai kesamaan visi denganku tentang hidup? Berwarna, huh yang benar saja.
"Jujur, kadang aku berharap dapat menjadi bagian dari kenangan hidup kamu mas..."
Aku terdiam sejenak, memandang dia untuk memastikan jika apa yang aku dengar tidak terhalang oleh perban yang menutupi hampir sebagian wajahku.
"is that a proposal ?"
"hihihi... Well you can say so, one thing that I can remember from you is... Selalu jujur pada hatimu..."
"well, I think a relationship that built from pity feelings, it won't last longer"
"I guess so, then... what do you think about ours?"

-o0o-

Akhirnya, Rin menyerah juga. Di kota Purwokerto kita memutuskan untuk beristirahat disebuah warung makan yang sederhana, murah dan enak tepat didepan kampus Universitas Jendral Soedirman.
"Mas koq tahu tempat enak di daerah sini?"
"I am an adventurer, remember?"
"see, that's what I mean..."
"what ?"
"your memory, this is your part of your life. It's unremoveable unless you got alzheimer on your head"
"I wish I got one..."
"hush, ngomong apa sih kamu mas..." ujarnya sambil menepuk bahuku.
"Becanda, ya udah ambil dulu makanannya. Disini gaya prasmanan alias self service" aku coba mengalihkan pembicaraan, tapi sebetulnya that was my truly wish for this time... I hope I die without any of this memory.
Sepertinya Rin puas dengan referensi kulinerku, entah berapa kali dia mengatakan kalo makanannya enak dan murah. Lagipula, ini Purwokerto cantik... Bukan Jakarta yang biaya hidupnya mahal.
Rin memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan besok pagi. Buatku sendiri itu tidak jadi masalah, lagipula aku hanya penumpang yang mengikuti apa kata nahkoda saja. So, we start looking for a cozy nice hotel in Purwokerto.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda