Friday, January 4, 2013

Retorika Gee

Aku sudah mulai tidak nyaman dengan nada bicara Rin yang mulai cenderung memberikan sebuah penilaian benar dan salah pada apa yang aku ceritakan.Aku tidak butuh saran dari siapapun, entah karena begitu keras kepalanya seorang Gee atau lebih karena kebodohanku yang tidak bisa melihat sebuah masalah secara jernih. Yang pasti keputusan telah dibuat dan itu yang aku jalani sekarang, jika memang aku mengambil jalan yang salah so what ? toh dia pun tidak pernah berjalan disampingku selama ini dan tidak melihat secara langsung sebetulnya kenapa biduk ini bisa sampai kandas tak bersisa.


"Just pull over will you..."
"loh, kenapa mas, mau istirahat dulu ?"
"aku lanjutkan perjalanan dengan bis aja..."
"koq gitu ?"
"Aku gak mau sepanjang perjalanan menuju ke Kediri mendengar penilaian kamu tentang apa yang aku lakukan itu benar atau salah"
"Ya maaf kalo aku menyinggung perasaanmu, aku  tidak bermaksud seperti itu..."
"It's okay just pull over..."
Rin sepertinya tersinggung dengan kata-kataku, dia menatapku tajam. "Aku sudah mengantarmu sepertiga perjalanan mas, kamu sama sekali gak menghargai aku"
"Aku gak minta pertolonganmu, kamu sendiri yang menawarkan perjalanan ini. Kalo memang tidak suka ya sudah..."
Saat itu juga mobil yang sedang berjalan 60 km per jam dibanting ke kiri dan mengerem mendadak. Sepeda motor yang berjalan tepat dibelakang mobil Rin hampir tidak dapat menguasai kendaraannya walaupun masih sempat menghindar dan kontan saja melontarkan sumpah serapah.
Mobil menghempas bahu jalan yang berdebu dan berhenti sekitar 100 meter dari titik pengereman, tukang becak yang mangkal disekitar situ saling berpandangan dan menghampiri mobil namun mereka urung karena aku segera keluar mobil sambil bertengkar hebat dengan Rin.
"Kalo memang mas gak suka ya sudah bilang secara baik-baik kan bisa, aku juga sudah meminta maaf tolong dong hargai aku bukan begini caranya, maen berhenti ditengah perjalanan dan menyuruh aku kembali ke Jakarta"
"Terserah kamu mau pulang lagi keq atau mau lanjut ke Kediri, jangan mentang-mentang aku numpang lalu kamu bisa seenaknya berbicara tentang kebenaran dihadapanku seperti kamu orang yang paling benar saja..."
"Jaga mulutmu mas, aku memang bukan orang yang baik. Masa laluku kelam, tapi justru karena itu aku tidak mau mas mengalami hal yang sama"
"SO WHAT, apa pedulimu ?"
"Kalo aku gak peduli buat apa aku tebus mas dari penjara ? buat apa aku antar mas pulang ke hotel..."
"Aku tidak minta itu, lebih baik kamu biarkan aku mati dipukuli oleh preman-preman itu..."
"Pantas saja mas tidak pernah bisa menjalani hidup dengan mbak Farida dengan tenang, manusia keras kepala seperti mas memang layaknya hidup sendiri..."
"Oh sekarang miss sok you know ini berbicara tentang kehidupanku seolah kamu paling tahu apa yang aku jalani ?"
"Hanya dari sikap mas saja aku tahu, manusia keras kepala seperti itu penyakitnya gak jauh dari kesendirian"
"Bilang lagi keras kepala ? hayo... bilang sekali lagi..."
"Terus, masalah buat lo ? manusia kepala batu..."
aku yang sudah terbakar emosi sudah mengangkat tangan tinggi-tinggi siap menampar gadis itu, tapi sepertinya Rin tidak takut malah semakin tegak wajahnya menatap aku dengan tajam.
"Aaarrggghhh... kamu sama saja dengan mereka, pergi sana tinggalkan aku" teriakku sambil melangkah pergi menjauhi Rin yang sedang terbakar emosi karena tersinggung perkataanku.

-o0o-

"Becak mas...?" Sapa tukang becak yang mangkal sambil mendekatiku yang berjalan perlahan menjauhi Rin yang masih berdiri menatapku.
"Mau nganter guwe ke Kediri...? berapa ?" Tukang becak itu pun cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kirain deket-deket sini rumahnya mas hehehe..." ujarnya sambil kembali ke tempat mangkal dan duduk di becak kesayangannya.
"Gak ada yang beres, tahu gitu gak usah numpang. Dasar perempuan sok tahu, bisa-bisanya menilai aku hanya dari pembicaraan beberapa jam saja." Gumamku seraya mempercepat langkahku, namun sesaat aku berhenti dan baru ingat kalau koporku masih tertinggal dimobil dan ketika aku menoleh mobil Rin sudah berjalan pelan disampingku. Perlahan kaca depan terbuka dan dia memanggilku dari balik kemudi.
"Kamu masih hutang satu jawaban, kalo kamu komitmen dengan janjimu masuk mobil...cepetaan" aku berhenti dan memandang dia.
"Tapi janji gak ada lagi komentar sok tahu tentang aku, tentang benar atau salah tentang langkah yang aku ambil"
"Iyaaa ah, rese..." Rin menggerutu sambil membukakan pintu depan mobilnya.
"Jelek..." cibirku
"Biarin, kalo jelek kenapa kamu liatin aku terus sepanjang perjalanan..."
"Karena aku suka... salah sendiri punya wajah jelek..."
"Halah sempet-sempetnya ngerayu..."
"Siapa yang ngerayu..."
"Ayoo cepetaaann..."
huh, kalau saja posisiku tidak sesulit ini mungkin aku lebih memilih naik bis yang sesak dan panas dibanding bersama Rin tapi harus mendengarkan nasehatnya sepanjang perjalanan. Mobil pun kembali melanjutkan perjalanan, dan kami saling terdiam untuk sejenak meredakan emosi yang bergejolak didalam hati.

-o0o-

Akhirnya dia memulai pembicaraan setelah satu jam saling berdiam diri, mungkin juga karena dia bingung ketika masuk daerah Brebes apakah akan mengambil jalur utara atau selatan.
"Lewat mana mas ? Purwokerto atau lanjut ke Semarang ?"
"Purwokerto aja, jalannya lebih sepi..." jawabku dengan nada yang datar tanpa intonasi.
"Jadi, jawaban pertanyaan ketiganya apa ?" tanyanya.
"Kan sudah aku jawab tadi sebelum masuk mobil..."
"Oh jadi buat mas aku hanya seorang cewek yang sok you know ya ?"
"Ya... salah satunya, tapi jawabanku bukan itu"
"Fair enough, so what's your answer ?"
"Udah tadi aku bilang kan, jeyek..."
"Iya jawabannya apa dong..."
"Aku suka..."
"Oya..."
"Iya..."
"Meski jeyek ?" dia mencibir sambil tersenyum simpul.
"Timpuk bibir neeh..." ancamku sementara Rin malah makin tergelak, tawanya begitu ceria meski hari mulai senja dan jalan menuju arah Purwokerto diliputi mendung yang makin menebal siap untuk mencurahkan butiran-butiran hujan ke bumi.
"Pervert..." ujarnya dengan senyum yang tidak terlepas dari bibirnya, begitu menggoda seolah berkata "Hajar guwe kalo berani..." hahaha tapi itu cuma khayalanku saja, imajinasi lelaki yang sudah tidak dicolek perempuan selama 3 bulan terakhir... (ciuman maya tidak termasuk karena itu aku anggap serangan mendadak yang tidak direncanakan dan tidak ada serangan ulang)
"Aku menikmati setiap detik kebersamaanku dengan kamu, walau kita baru beberapa hari bertemu tapi aku merasa seolah aku bertemu dengan teman dekat yang sudah lama tidak bertemu" Lanjutku, sekarang jawaban yang keluar dari mulutku lebih cenderung serius dan coba jujur dengan apa yang aku rasakan tanpa ada keinginan untuk aku tutupi.
"Oh, gitu ya mas"
"Emang harusnya gimana ?"
"Yaa gak gimana-gimana, aku senang mendengarnya"
"Syukurlah kalo kamu senang, aku juga senang. Mas memberi warna baru dalam hidupku, dan aku sendiri tidak mengerti kenapa aku bisa senekat ini. Jalan bareng mas yang terkenal dengan naturally pervert dan gak tanggung-tanggung perjalanan ke ujung timur pulau jawa."
"Kamu gak takut ?"
"Aku percaya dalam diri mas masih tersisa sosok Penunggu Mawar Ungu itu, sosok yang sangat menghargai yang namanya cinta dan menghargai arti wanita sebagai mahluk yang harus dilindungi dan dicintai bukan untuk dieksplorasi"
"Hahahaha... aku gak bisa janji akan menjamin tidak akan terjadi apa-apa diantara kita"
"aku masih tetep yakin koq..."
Aku memandang lekat pada wajah Rin, ada sesuatu yang membuatku nyaman bersama dia. bukan karena semata keindahan fisik melainkan terjalinnya komunikasi yang  kasat mata yang hanya bisa dirasakan oleh hati. Hal yang tidak aku temukan saat aku bersama Maya, karena semua ingatanku bersama dia dipenuhi oleh hasrat dan gairah yang menggebu-gebu yang mengalir tanpa bisa tertahankan, namun ketika ada obsesi ikut berperan didalamnya hubungan itu mulai terlihat goyah dan retak oleh arogansi yang  bernama ego.
Senja pun perlahan mulai berlalu digantikan oleh pekatnya malam menuju hutan jati yang bermuara di kota Purwokerto, mungkin mengingat kondisi fisik Rin yang sudah kelelahan aku menyarankan kita beristirahat di salah satu penginapan disana.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda