Wednesday, December 12, 2012

Janji Si Pahit Lidah


Dia cukup cerdas juga, menyerap semua penjelasanku dengan cepat. Bahkan dia memberi ide-ide yang brillian untuk beberapa shortcut dalam penulisan program. Yup yang aku bicarakan ini adalah Rinjani, seorang programmer penggantiku agar perusahaan ini tetap berjalan tanpa tergantung dengan aku. Ya secara halus bisa dikatakan seperti itu tapi dengan kata lain, mereka berencana menendangku selamanya dan tidak ketergantungan pada satu orang. Sah-sah saja sih, karena memang waktu akan terus bergulir dan aku lambat laun pasti akan tergantikan juga.


Yang sangat menghibur hatiku sebetulnya adalah, aku dapat membalas pandangan sinis para petinggi yang telah menelanjangiku pada meeting pertama kali. Aku buktikan pada semua yang memandang sebelah mata bahwa aku bisa dan aku pasti bisa menangani semua walau aku bukan lulusan universitas ternama. Lagi-lagi aku harus berterima kasih pada Rinjani, karena dia dapat melakukan pekerjaanku lebih cepat dibanding jika aku yang mengerjakannya (faktor usia kah ? haduh makin berasa tua). Mereka terkagum-kagum dengan instalasi sistem hanya dalam waktu 3 hari, dan hari-hari selanjutnya ? walau aku belum bisa kembali ke tempat pengasinganku setidaknya aku bisa bersantai sekarang.

Telpon di meja kerjaku berdering, sebetulnya aneh juga karena siapa yang menyempatkan diri buat menelponku dan siapa yang tahu kalo aku sudah kembali ke kantor ? walau ragu untuk mengangkat aku tetap angkat juga telpon itu siapa tahu itu dari pak Aceng yang ada keperluan mendadak.
"Hallo..."
"Not bad for an old man like you..." dari suaranya aku bisa langsung menebak... Maya
"Hehehe, makasih atas pujiannya dan makasih juga atas cecaran pertanyaannya..." jawabku.
"No probs, just for shock therapy. I know you will gain your passion if your ego was touched"
"ow yeah ?"
"I know you Gee... sebagai permintaan maafku, bagaimana jika malam ini aku traktir makan?"
"Makasih May, tapi aku langsung pulang ke hotel malam ini." jawabku pelan, karena jujur aku sudah tidak merasakan senang atau bahagia dengan tawaran itu. Ada satu sumpah yang terucap ketika aku mengakhiri karir dan kehidupan pribadiku, yaitu aku tidak akan pernah percaya lagi dengan lembaga pernikahan dan aku tidak akan pernah lagi mencintai siapapun, aku akan menyendiri sampai akhir hidupku.

Percayalah semua orang dapat melakukan itu, semua kembali pada cara memprogram otak kita agar memformat semua kenangan yang ada, semua norma dan aturan yang berlaku digantikan dengan aturan yang kita yakini sendiri. Dan jawabanku sepertinya membuat Maya gusar, semoga dia bisa mengerti dan menerima semuanya.
Sepanjang jalan aku hanya terdiam, menikmati kemacetan kota Jakarta yang tidak ada matinya. Mendengarkan celotehan Rudi yang menceritakan apa saja yang dia lihat, dengar dan rasakan. Bisa dikatakan jika kalian tersesat di Jakarta carilah Rudi sebagai pusat jendela informasi Jakarta hahaha...

-o0o-

Maya bukanlah satu-satunya wanita pengganggu dalam hidupku, entah mengapa semakin aku larut dalam pertengkaran dengan istriku semakin terbuka jalan untuk berbagi hati dengan wanita lain. Ya, disatu sisi mungkin aku yang salah. Semakin terluka jiwa ini oleh pertengkaran karena dua ego yang saling berbenturan semakin dikabulkan semua bisikan lirih hatiku oleh sang Penguasa Alam. Seolah jalan untuk meraih perhatian wanita lain dilapangkan selebar-lebarnya, bahkan mereka rela memberikan segalanya untukku. Menjijikan ? believe me I'm not the only one. #pembenarandiri

Anehnya, kenapa aku tidak pernah berbisik lirih pada Tuhan agar kehidupan rumah tanggaku dikembalikan seperti sedia kala. aku malah berbisik seandainya aku dapat memiliki seseorang yang dapat memberikanku segalanya, dan percaya atau tidak dalam waktu kurang dari 3 bulan aku mendapatkan segalanya dari seseorang tanpa ada ikatan atau tuntutan...
Lalu ketika aku berbisik lirih pada Tuhan, agar ada orang yang mau mengerti aku, yang mempunyai kesamaan pandangan, cerdas, cantik, dan mengembalikan gairahku. Tuhan mengirimkan Maya padaku, padahal jika melihat siapa aku dan siapa dia sangat jauh bagai langit dan bumi.

Ya inilah aku si pahit lidah yang kini menutup hatiku selamanya untuk siapapun... bahkan untuk seorang Maya yang mempunyai segalanya. Kecantikan, kecerdasan, Cinta, Kasih Sayang, dan semua yang tidak dimiliki oleh seorang Farida. Istri yang penuh ego, yang ingin menguasai sepenuhnya hidupku, yang tidak mau memberikanku keturunan lagi dengan alasan melahirkan itu sakit, yang maunya hanya dimengerti tanpa pernah mau mengerti... tapi mungkin ini terlalu subjektif bagi seorang Gee dalam memberikan penilaian seseorang.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda