Monday, December 24, 2012

Elegi Bersama Rin

Pembicaraan dengan Rinjani semalam sangat ampuh untuk mengalihkan perhatianku dari everything about Maya. Meski kepala masih terasa berat tapi aku harus memaksakan diri untuk bangun dan mengikuti aktifitas yang sudah dijadwalkan oleh panitia.
Konsentrasi adalah kata yang tidak aku kenal hari ini, aku sibuk curi pandang mencoba memperhatikan setiap gerak gerik Rinjani sambil berusaha keras mengingat tentang account lamaku "Penunggu Mawar Ungu" didunia maya.



-o0o-

Kira-kira delapan tahun yang lalu ketika aku menggunakan account "Penunggu Mawar Ungu" karena saat itu memang obsesiku terhadap seseorang sangatlah dalam, and belive it or not account tersebut mempertemukanku dengan Farida Arthalita, yang kini menjadi istriku... Eh ralat, mantan istri.
Tapi sulit juga menerka account yang digunakan Rin pada saat itu. Yang pasti clue nya cuma satu, aku pernah menolong dia. Tapi bentuk pertolongan seperti apa? Perasaan aku gak pernah memberikan pertolongan secara langsung pada siapapun di internet.

-o0o-

Still can't figure it out, who is Rinjani in my past. Hingga satu ada satu kesempatan untuk bisa bersama dia yaitu ketika masuk pada acara gerak jalan menuju kawah putih aku tanpa sengaja mengatur urutan pasangan gerak jalanku... Rinjani.
How come? Thank's to Rudi for this trick, sebetulnya dia lah yang dapat undian berpasangan dengan Rinjani tapi dengan lantang dia teriak "wah saya berpasangan dengan Pak Aceng hahaha" sambil mendekatiku seraya memberi tanda.
"Jangan diliatin doang mas Gee, sikat ! Hahahaha" ujarnya seraya menyisipkan kertas undian itu ke saku bajuku. Ketika aku buka memang benar seperti dugaanku disitu tertulisnya Rinjani, kampret, jeli juga tuh sopir memperhatikan bahasa tubuhku hahaha.
Tak peduli seheboh apa olok-olokan mereka ketika aku dan Rinjani bersiap di garis start, tujuanku satu... Mengorek sedetail mungkin informasi tentang dia.
"selanjutnya, Gee dan Rinjani. Ready... Set... Go !!"
Oke, here we go me and Rin start walking through the forest to reach finish line at kawah putih.

-o0o-

Kira-kira 10 menit perjalanan aku coba beranikan diri membuka pembicaraan.
"yakin kuat jalan sampe kawah ?" Rin melirik kearahku, tersenyum simpul tapi dia tidak menjawab malah mempercepat langkahnya.
"tentang semalam, aku minta maaf udah bersikap kasar" ujarku lagi.
"gapapa mas, aq bisa ngerti koq kamu dalam kondisi mabuk..."
"oya udah selesai baca novelnya?"
"hihihi basa basi banget sih mas, to the point aja kamu mau tanya apa? Karena aku tahu tentang penunggu mawar ungu?"
"keliatan ya basa-basinya?"
"banget..."
"hehehe, iya if you want me to ask directly then... My first question is Who are you?" berhenti sejenak, memandangku lalu menyapukan jari telunjuknya tepat di alis kiriku.
"my name is Rinjani..."
"terus..."
"your next question please..." potong dia, hmm she's playing tricky, ok then aku ikuti permainannya.
"hmm apa ya, account mu waktu kenal dengan penunggu mawar ungu siapa?"
"ah ga seru..." ujarnya seraya melanjutkan perjalanan meninggalkan aku yang masih melongo kebingungan.
"katanya tadi disuruh nanya..."
"iya tapi jangan langsung to the point gitu dong. Ga seru, lagian kamu dah bener-bener lupa ya sama aku"
"hmm, curang kamu... playing tricky game with me" sesaat dia berhenti lagi, melihat kearahku dan tertawa terbahak-bahak dan sumpah aku makin bingung.
"mas sendiri emang gak tricky dan  bersiasat? Mengatur undian biar kita bisa satu tim dan ngobrolin ini ? Jadi... here we go in same destination ahead. Enjoy the trip takes your time to asking me anything to find out who I am" aku bengong lagi, dia sudah mengira ini semua? Brilliant...
"oke, my next question is... Why?"
"kenapa apanya?"
"kenapa kamu mau nolong aku, padahal..."
"mas Gee, dah dibilang aku punya kedekatan emosional sama mas. Diingat atau tidak, yang penting aku sekarang udah puas bisa ketemu langsung sama mas. Cuma sayangnya mas Gee yang kutemui bukan penunggu mawar ungu yang aku kenal dulu." aku tertunduk, coba berfikir apakah aku sudah berubah seperti yang dia katakan ?
"maaf jika aku bukan orang yang kamu maksud, ya sekarang aku ingat... Nama samaranmu Catherine, tapi apa yang membuat merasa aq sudah menolongmu? Perasaan selama kita kenal aku gak pernah kasih kamu nasihat atau bantuan"
"nah... Akhirnya mas ingat juga. Yuk ngobrolnya sambil jalan, entar gak sampe-sampe hihihi"
Akupun melanjutkan perjalanan yang masih cukup jauh sambil bernostalgila dengan Rin tentang cerita masa lalu.
"Syukurlah jika ternyata kamu sudah berubah, aku gak nyangka aja kalo prinsip hidupku memotivasi kamu untuk menemukan jalan hidup yang kamu cari"
"aku tipe orang yang gak mau dinasehati mas, aku mencari arti hidup dari pengalaman orang lain. Yang aku kaget justru mas yang berubah 180 derajat. Bukannya mbak Farida itu belahan jiwa mas yang selama 15 tahun mas tunggu?"
"iya, aku mencintainya... Sangat... Tapi aku tidak bisa hidup bersama dia"
"koq bisa?"
"delapan tahun pernikahan, 6 tahun dihabiskan dengan pertengkaran... Itu sangat menyakitkan" dia terdiam dan terus berjalan didepanku.
"aku masih belum mengerti koq bisa ya pertengkaran selama itu"
"ya sudahlah ga usah dibahas, jalan sudah aku ambil dan aku tidak bisa balik lagi ke masa lalu"
"ada orang ketiga kah?"
"ada..."
"cantik ?"
"sangat..."
"hot ?"
"yes..."
"mas suka sama dia?"
"sangat..."
"hemmh... What a story"
"indeed... What a story I've got"
"kalo boleh jujur mas... Semalam setelah masuk kamar aku menangis sejadi-jadinya"
"koq bisa?"
"gak tau, sedih... Terharu... Kecewa... Melihat kondisi mas"
"maaf jika aku mengecewakan kamu, aku tidak pantas dikasihani..." ya aku tidak suka jika ada orang yang mengatakan itu, entah karena egoku yang mewakili atau memang aku terlalu tegar untuk menjalani semua tanpa bantuan siapapun. Beberapa saat perjalanan dilalui tanpa ada sepatah katapun yang terlontar, sama-sama menikmati segarnya udara pegunungan dan pemandangan alam yang begitu indah sepanjang jalan menuju kawah putih, hingga aku coba lagi membuka pembicaraan.


"Oya kamu sendiri, tiba-tiba menghilang begitu saja, kemana aja?"
"aku putuskan untuk pergi dari dia, seperti mas bilang dulu, dia tidak pernah bisa melepas istrinya dan aku hanya jadi pelampiasan nafsunya saja"
"I knew it..." desisku dengan geram.
"aku melanjutkan kuliah yang sempat putus, aku ambil jurusan Informatika sama seperti mas dan inilah aku sekarang..."
"yes, here you are... My replacement hahaha"
"hahaha mas sendiri yang ambil keputusan buat resign, padahal ga musti sampe segitunya kali"
"keputusanku sudah bulat Rin,  hidupku sudah hancur dan aku ingin menikmati setiap detiknya kehancuranku ini"
"tetap semangat ya, satu saat aku yakin mas bisa bangkit dan berjuang lagi..."
"I hope so..."
"Mas Gee... mas Gee... gak nyangka ya... tapi satu yang gak pernah berubah darimu mas, kamu tuh terlalu polos dan mudah ditebak. Terkadang terlalu ekspresif dan mudah terpancing... Sampe-sampe kamu gak tahu kan kalo aku yang merancang trik perjalanan ini biar kita bisa berjalan bersama, kalo kamu anggap kamu yang melakukan trik itu percayalah jauh sebelum Rudi kasih undian itu, aku sudah mengatur semua dan aku yang menyuruh Rudi..."
"What...?!!" sepertinya sang kancil hari ini masuk ke mulut buaya tanpa pernah disadarinya... Fiuh what a story.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda