Tuesday, January 1, 2013

Being Married

Entah untuk keberapa kalinya aku mendengar kalimat itu, dari siapapun yang aku ceritakan tentang keadaan rumah tanggaku. "She's very lucky..." walau sebetulnya aku bukanlah tipe perengek yang setiap kali menceritakan apa yang terjadi pada pernikahanku, tapi hal tersebut tidak dapat dihindarkan ketika mereka tidak menemukan motif dibalik perceraianku. Jadi suka ataupun tidak suka aku menceritakan semua dari awal hingga akhir, and unfortunately today I must repeat every story about my marriage to Rinjani.


"No way... you stay awake just to keep her being bitten by mosquitoes ?"
"Yes..."
"all night long ?"
"Yup, aku sendiri gak tahu kenapa bisa sampe seperti itu..."
"Everyday ?"
"Iya..."
"Ya ampun mas, mama ku aja belum tentu seperti itu... hmm pastinya..."
"Pastinya apa ?"
"Kamu sangat mencintai dia mas..."
"Entahlah, aku sendiri ambigue dengan istilah cinta"
"Oya ? seorang mas Gee ambigue dengan istilah cinta? hahaha"
"koq malah ketawa ?"
"Sorry... sorry... it's just unacceptable statement that you has been speak of"
"Mau dilanjutin gak ceritanya ?"
"Iya... iya... mau dong ah biar gak ngantuk"
"tuh kan lupa lagi tadi sampe mana..."
"Okay, biar gak lupa aku mulai dengan pertanyaan... are you happy being married ?"
Aku menyeringai, karena bingung harus menjawab apa...
"Koq malah senyum mas... bahagia ya" goda Rinjani
"Yes, indeed i'm married and very happy... was"
"just, tell me how you feel without regretting what all have done..."
"huft...okay, I am happy being married because I can make love wherever, whenever, and however I want without scared being caught by hansip"
"hmm..." entah apa yang ada dalam fikiran Rin karena anggukannya penuh makna yang bias dan sukar ditebak, asumsi yang mencurigakan.
"Juga yang paling berpengaruh besar dalam hidupku adalah. Menikah membuatku menjadi aku seutuhnya, aku bisa mengekspresikan diriku apa adanya."
"maksudnya...?"
"Aku termasuk orang yang tertutup, cenderung pendiam dan jaim. Bahkan di lingkungan keluarga, aku tidak bisa menjadi diriku sendiri. Aku terikat oleh aturan norma adat dan budaya feodal yang mengekang. Dengan menikah, hidup bersama dia aku bisa tertawa bersama, berbuat konyol bersama, bahkan sesuatu yang tidak terfikirkan untuk dilakukan oleh seorang Gee secara spontan terjadi begitu saja"
"like what...?"
"you won't believe me if I told you..."
"Try me..."
"Damn... I will regret this"
"Come on Gee..." sepertinya Rin benar-benar penasaran, seheboh apa sih kekonyolan yang aku buat bersama mantan istriku dulu.
"pada suatu ketika sewaktu pulang kerumah orangtuaku di Bandung, hasrat kita berdua sudah memuncak... dan akhirnya tanpa memeriksa kondisi rumah kita bercinta di kamarku yang pintunya tidak bisa dikunci..."
"and then...?"
"tiba-tiba saja ibuku masuk kekamar dengan santainya sambil berkata, Gee tuh makanan udah siap... dan saat itu kita sedang hot-hotnya 'jumpalitan' di ranjang"
"Hah... sumpeh lo ?! terus ?"
"Ibuku kaget, bengong... tapi dia ngeliatin terus... nah sebaliknya kita yang terlanjur ketahuan cuma bisa diem saling liat-liatan dengan muka bego gitu deh"
"hahahaha gokiiilll....terus ?"
"Ada sekitar 5  menit saling diam tanpa ada omongan, beliau akhirnya sadar, cengar-cengir sendiri terus nutup lagi pintu kamar sambil nerusin lagi nawarin makan...tuh cepetan makannya keburu dingin"
"oh my God Gee... sumpeh lo gokil banget sih..."
"yang lebih gila lagi..."
"he ?"
"karena tanggung kita terusin tuh 'jumpalitan' walau udah menciut karena kaget hahahaha"
"hahaha anjrit gila lo ya mas... gilaaa !!!"

-o0o-

Sumpah ini kali pertama aku buka rahasia kekonyolanku yang gak pernah aku sebarin sama siapapun hanya Rinjani orang yang pertama dan terakhir yang tahu. Entah kenapa aku merasa nyaman aja ngobrol sama dia, berikutnya satu persatu cerita kekonyolan itu terlontar menghiasi obrolanku dengan Rinjani.

"Haduh perutku sakit mas ketawa terus dari tadi, gak kuat aku entar mampir dulu di Rest Area ya, aku perlu ke toilet nih sumpah gokil banget si kamu mas..."
"Hei, siapa yang minta diceritain about being married, karena memang selama pernikahanku isinya yaa kekonyolan demi kekonyolan"
"Please deh, konyolnya kamu mas..."
"kenapa ?"
"mesum semua hahahaha...."
"Hahahaha..." aku ikut terbahak-bahak juga mentertawakan ternyata ada benarnya juga omongan Rinjani, apa se "pervert" itu kah aku ? damn, aku sendiri baru nyadar...
Sejenak aku perhatikan Rin yang tetap konsentrasi pada jalanan dihadapannya, memakai kaca mata hitam Christian Dior dengan ramput tergerai sebahu dan wangi parfumnya yang ringan menghipnotisku menjadi tidak berkedip.
"Jangan diliatin terus dong mas, nanti keterusan..." celetuknya dengan tatapan wajah tetap kedepan memperhatikan jalan. aku yang tersadar dari hipnotis jadi malu sendiri.
"Hehehe iya maaf, emang nakal nih mataku tahu aja yang indah-indah..." Segera aku palingkan wajahku melihat pemandangan di kiri jalan yang gersang dan menyilaukan, huft gak ada bagus-bagusnya berbeda jika aku memalingkan wajah ke kanan, pemandangannya enak dilihat, bikin mata adem.
"Gombal banget sih kamu mas, gak ngaruh yang begituan buatku hihihi"
"Hahahaha..." aku hanya tertawa hambar, seraya berkata dalam hati "Rin... Rin... belum tahu aja kalo aku udah menggombal, bisa klepek-klepek kayak ikan lele hihihihi"

Akhirnya, memasuki Rest Area itu artinya aku bisa beristirahat menyalakan sebatang rokok dan yang terpenting adalah pertanyaan Rin yang pertama sudah dijawab tuntas. Tinggal berfikir nanti apa yang akan aku katakan pada petanyaan kedua dan ketiga, should I tell he the truth ?

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda