Monday, February 18, 2013

Penyesalan


Aku coba mengingat kembali kapan tepatnya Farida mulai mengeluh sakit dibagian perut. Saat itu aku hanya menganggap itu hanya alasan dia saja untuk mencari perhatianku. Padahal dia tahu saat itu situasi sudah sangat rumit, dengan segala depresi dan tekanan yang aku terima berusaha untuk berpisah dengan dia.

-o0o-

Perjuangan tiga tahun untuk berusaha lepas dari ikatan pernikahan yang telah terjalin selama hampir delapan tahun lamanya. Pada awalnya aku menawarkan untuk berpisah secara baik-baik mengingat awal pernikahan pun aku meminta pada keluarganya dengan cara yang baik pula, berharap ketika perpisahan itu terjadi tidak mengurangi perhatian dan tanggung jawabku untuk tetap menyayangi, menafkahi dan membimbing putri semata wayangku menuju kedewasaan.
Namun cinta Farida begitu kuat dan melekat pada diriku, hingga apapun penawaranku selalu dimentahkannya. Sementara, perbedaan prinsip dan cara pandang hidup yang sudah begitu jauh membuat aku semakin tersiksa.
Tersiksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bertubi-tubi menghantam egoku, mengusik cara hidupku, dan coba terus mendominasi kehidupan sosialku. Kecemburuannya pada semua rekan kerja, sahabat, bahkan memantau setiap detail transaksi di rekening pribadiku untuk memastikan seluruh harta yang aku dapatkan sepenuhnya tidak ada yang diselewengkan pada orang selain dia.
Disatu sisi, aku yang semakin merasa tidak mempunyai arti lagi sebagai suami, sebagai seorang kepala rumah tangga, mulai diuji dengan bunga-bunga lain yang datang dan pergi menyentuh kehidupanku. Menawarkan harapan yang semu akan arti diriku, akan penghargaan sebagai seorang lelaki, bahkan gairah dan hasrat yang tidak aku dapatkan dari seorang Farida.

-o0o-

Kehancuran itu semakin jelas dan pasti datang menghampiriku, dan aku semakin tersesat didalamnya. Aku mulai bermain dengan api yang aku biarkan membakarku secara perlahan dan pasti. Hingga suatu saat, ketika permainan itu menjeratku pada rasa cinta yang sesungguhnya.
Ketika aku menemukan cinta itu pada sosok Maya, pada saat itu pula semua berubah. Cinta yang sangat singkat namun benar-benar menancap di relung jiwaku, yang tiba-tiba berubah menjadi angkara dan menamparku hingga terpuruk tak berdaya.
Sejak saat itu aku benar-benar tidak lagi percaya dengan kata komitmen dan mulai melakukan segala cara untuk dapat pergi dari semua hal yang menyakitkan.

Perpisahan yang seyogyanya aku harapkan tidak menyakiti siapapun pada akhirnya berakhir dengan menggenaskan, dan cinta yang baru saja aku temukanpun aku tinggalkan dengan membawa segudang kecewa. Tak ada yang bahagia dengan perpisahan ini, semua tersakiti, semua terluka, dan semua terhempas.
Kini aku dihadapkan pula dengan rasa bersalah, atas dosa yang telah aku perbuat. Farida harus menanggung beban ini sendiri, semua karena salahku semua karena langkahku yang telah jauh tersesat dan tak tahu kemana aku harus kembali.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda