Monday, December 31, 2012

Tiga Pertanyaan

Aku membiarkan tubuhku terhempas di lembutnya jok New City E *Matic Mode, sesaat menikmati kenyamanannya lalu menoleh pada mahluk manis dibelakang kemudi yang fokus untuk dapat terlepas dari kepadatan lalu lintas Jakarta siang itu.
"Sweet ride"
"Thanks..." jawabnya
"Kemarin malam..." sebelum pertanyaanku selesai dia sudah bisa membaca apa yang ada difikiranku.
"Bukan, ini mobil bokap. Semalam yang Piccanto itu mobilku..."
"Oh I see..."
"Aku gak berani pake Piccanto untuk jarak jauh, mengingat kondisinya sudah uzur lagipula masih manual."
"Are you really mean that?"
"What ?"
"take me to Kediri"
"We already on the way to it..."
Aku hanya bisa manggut-manggut tanpa mengeluarkan sepatah katapun, sementara mobil sudah mulai masuk ke pintu tol luar kota menuju arah jalur utara.


-o0o-

15 menit berlalu selepas pintu tol, tak ada sepatah katapun yang keluar dari kami. Sementara antrian pertanyaan dibenakku semakin membludak memenuhi rongga mulut untuk mempertanyakan semua yang dia lakukan untukku. Tapi yang keluar hanya satu kata saja...
"Why ?"
"I don't know why, mas sendiri... how it's feels ?"
"What feel ?"
"Being married... divorced... and now here with me, your memory in the past"
"Aku merasa sedang bersama seorang malaikat penolong, a sweet angel..."
"Hahahaha... masih saja menggodaku mas"
"Aku sedang tidak menggoda, aku menjawab pertanyaanmu... I was told you what I feel right now"
"Oh ya..." kini pembicaraan mulai mencair, dia melirikku sambil tersenyum. Entah merasa tersanjung atau mentertawakanku yang dia anggap sedang melancarkan segudang rayuan gombal. Sejujurnya, aku memang sedang tidak berniat merayu, kalaupun aku berniat merayu dia tentu tidak sedang berada disini, mungkin kita sedang menghabiskan waktu di hotel terdekat sambil berpelukan mesra menikmati setiap gairah yang mengalir bak air bah yang tak tertahankan. #justdontthinkaboutit
"Pertanyaanku kan tiga mas, sebetulnya sudah lama aku ingin bertanya itu pada mas tapi mengingat waktunya tidak memungkinkan. Baru sekarang kita punya banyak waktu bersama, jadi mas gak bisa lagi mengelak dengan alasan it's a long story kan hihihi"
"huft, jadi itu alasanmu mengantarkan aku ke Kediri..."
"Emmh, not really... as you already know that photography was my hobby. I'm always looking new object at a new place. Yaa ibarat sekali kayuh dua-tiga pulau terlewati, aku harap di Kediri aku dapat menemukan banyak objek yang bisa aku foto"
"Lalu gimana dengan pekerjaanmu ?"
"Pak Aceng ?"
"Yes... mahluk itu juga..."
"Selepas kepergianmu dari CDM, sekarang aku yang dalam posisi menawar mas..."
"What... hahahaha belagu banget sih lo Rin, baru aja naik jabatan udah pasang tarif hahaha... but I like your style, really..."
"Hihihi, mas aja yang terlalu suwun ndawuh, padahal posisi mas itu segalanya bagi perusahaan... buktinya aku minta cuti 1 minggu setelah project kita terakhir rampung, tanpa basa-basi langsung di approve sama pak Aceng"
Sekarang aku yang garuk-garuk kepala, she's smart or I can say too smart... ah what so ever, lagipula itu sudah bukan urusanku lagi. Jika memang dia sudah berniat mengantar aku ke Kediri so be it... but what if... and what if... and other what if that stuck in my mind appear, waiting to be spoken to her... 

-o0o-

"Okay, first question... about how it's feel being married..." aku coba menjawab pertanyaan pertama dia.
"Go on..." she's waiting my next words coming from my lips...
"But... please focus on the road Rin. aku gak mau sampe ke Kediri naek mobil ambulan"
"Hahahaha iya mas... pastinya, ayo dong aku ingin denger apa rasanya menikah"
"Bagiku menikah sebuah pengalaman yang indah, dengan segudang impian dan harapan tergenggam di tangan. Semua aku mulai dari nol, dan benar-benar nol bahkan aku tidak pernah tahu dimana nanti aku tinggal saat aku bawa dia ke Jakarta"
"Bohong, bukannya ada tabungan dan amplop hasil dari acara nikahan..."
"It's all belong to her and her family, gak ada yang aku bawa kecuali selembar uang 100 ribu yang langsung disisipkan temenku ke saku baju."
"Ya sama aja kalee, kan istrimu juga ikut ke Jakarta bawa hasil dari situ"
"Nope, gak ada yang aku bawa selain mahar dan dia..."
"Aneh..."
"Bagiku itu sebuah tantangan, aku termotivasi untuk menunjukkan pada dia dan keluarganya bahwa aku mampu, dan aku akan buktikan keraguan keluarganya tentang siapa aku"
"yes indeed, dan itu terbukti..."
"How do you know ?"
"I see you now, with all you've got... kamu sudah menjadi sebuah icon mas. Sebuah jantung dari perusahaan yang bernama CDM"
"Yeah but it has passed away, now I'm have nothing"
"Let's back to my question... go on, continue your story." Sepertinya Rin tidak tertarik dengan ketidak berdayaanku, dia lebih tertarik mendengar bagaimana gairahku menjalani kehidupan pernikahan, well be ready to hear my story.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda