Sunday, December 23, 2012

Hujan Diatas Kertas

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi mata Rin belum terasa berat. Malah dia semakin larut dalam buku novel yang sedang dia baca, seolah membawa dia ke kehidupan nyata tokoh yang ada dalam tulisan itu.
Namun sejenak konsentrasinya terganggu dengan suara berisik dari luar bungalow, seperti suara orang yang sedang muntah-muntah.
Dia coba mengintip dari balik tirai jendela, mencari tahu asal suara tersebut. Terlihat sesosok bayangan orang sedang tersungkur dipinggir saluran air yang melintasi resort tempat dia dan semua karyawan CDM menginap.
Ini adalah malam kedua acara family gathering yang diadakan perusahaannya, jauh di kaki gunung daerah Ciwidey, Bandung Selatan.
"Sepertinya aku kenal dengan orang itu" gumam Rin sambil coba memastikan lagi dengan seksama, lalu dia beranjak mengambil sweater nya dan pergi keluar kamar untuk mencari tahu sosok yang sedang muntah itu.


-o0o-

Sementara itu aku berusaha menjaga keseimbangan agar tidak jatuh, berjalan terhuyung-huyung menuju tangga kayu didepan bungalow tempatku menginap.
Tubuhku tak dapat dikontrol dengan baik hingga terhempas di anak tangga, membiarkan diriku terkulai lemas akibat pengaruh bir yang aku minum tadi bersama rekan-rekan kerja merayakan farewell party kepergianku dari CDM selamanya.
Rasa mualnya sudah sedikit berkurang setelah aku "nembak" di saluran air tadi yang tinggal kini hanya pusing yang berputar-putar tiada henti dikepala.
"habis berapa gelas mas?" suara dari arah belakang memecah kesunyian memaksa aku memalingkan kepala kearah suara tersebut.
"oh... Kamu Rin, huft... Entahlah" Ujarku, sementara bau bir yang menyengat tercium santer dari mulutku yang tadi sudah dicekoki habis-habisan oleh para begundal CDM.
"gak biasa minum ya mas?" ujarnya sambil duduk disampingku yang masih tergeletak lemas di anak tangga.
"don't ask, and don't tell me what to do... Just leave me alone"
"maaf, aq cuma kuatir aja liat kondisimu mas"
"yes sure, everybody said that... Though I don't need your sympatiez anyway" entahlah kenapa bir ini juga membuat kata-kataku tidak jelas dan berantakan.
Aku membalikkan badan untuk coba berdiri lagi tapi malah terhuyung dan jatuh terlentang di tanah. Rin bangkit dan coba bantu aku berdiri, tapi sekali lagi egoku berbicara jika aku tidak perlu bantuan dari siapapun.
"gak usah !! Please, just go back to your room ok... I can do it by my self" kataku setengah berteriak. Sementara Rin yang hendak menolongku mengurungkan niatnya, dia hanya berdiri memandangiku yang kembali berusaha bangun. Tapi lagi-lagi tersungkur di tanah yang becek penuh lumpur.
"Mas, biar aku bangunin temen yang lain ya buat bantu..."
"You don't get it didn't you ?!! I don't need your help or anybody" aku kembali berteriak tanpa aku sadari.

-o0o-

Rin pun akhirnya pergi meninggalkanku yang masih tergeletak di tanah sementara rintik hujan perlahan turun menyirami bumi.
Dia menuju ayunan yang tidak jauh dari tempatku terbaring, dan kembali melanjutkan membaca novel yang sempat terhenti karena hendak menolongku.
Tetesan hujan membasahi setiap lembar buku novel yang sedang dia baca, tapi sepertinya dia tidak peduli walaupun penerangan di taman sangat kurang.
"lima gelas besar..." ujarku menjawab pertanyaan dia sebelumnya. Dia menoleh kearahku yang saat itu sudah bangun dan terhuyung berjalan mendekatinya. Lalu aku duduk di ayunan yang terletak tepat disebelah ayunan yang dia duduki.
"kayaknya kamu gak biasa minum bir ya mas?"
"terakhir aku minum waktu SMP kelas 3, itupun hanya satu kaleng"
"lagian kenapa memaksakan minum kalo gak pernah mas?"
"hehehe, rame-ramean aja merayakan kepergianku dari CDM"
Dia memandang lekat kearahku sambil menggeleng pelan.
"just... Don't look at me that way, I feel like you are judging me right now"
"ya udah istirahat sana mas, besok masih ada kegiatan lagi sampe sore terus pulang ke Jakarta. Pasti butuh stamina yang penuh"
"kamu sendiri malah nongkrong di taman sendirian, baca buku sambil hujan-hujanan..."
"aku kan tadi dah tidur, karena denger suara orang muntah-muntah jadi aku bangun dan kesini memastikan semuanya baik-baik saja"
"maaf ya..."
"gapapa mas, cuma jujur aku juga kaget liat perubahan mas yang begitu drastis"
"maksudnya?"
"mas bukan seperti Gee yang aku kenal. Brilliant, ceria, menjadi icon buat semua orang, penuh dengan motivasi... Malam ini aku lihat orang yang frustasi, depresi, hopeless... just... Different" aku menghela nafas, wajah ini tidak dapat selamanya aku tutupi. Terlebih lagi setelah masalah dengan Maya di kamar hotel kemarin, seakan semua menghimpitku secara bersamaan.
"everybody has their own problem, tapi tidak selamanya perjalananmu dirundung awan kelabu mas."
"kamu tahu apa tentang masalahku..."
"ya mungkin aq tidak tahu dan tidak pernah tahu mas, yang aku tahu adalah kita tidak bisa merubah masa lalu tapi kita bisa memperbaiki masa yang akan datang..."
"kenapa ?"
"kenapa gimana mas ?"
"kenapa kamu peduli ?"
Kulihat Rin hanya tersenyum, lalu memandang jauh ke langit yang kelam. Sementara rintik hujan semakin deras tercurah, anugrah langit yang tak pernah mengeluh walau terbuang dari tempat asalnya yang tinggi dan agung terhempas bercampur tanah menjadi lumpur yang selalu dikeluhkan manusia. Karena mereka yakin suatu saat akan kembali menjadi awan setelah memberi manfaat dan kehidupan bagi manusia.
"mas benar-benar tidak ingat ?"
"ingat apa ?"
"walau pertemuan kita sangat singkat kurang dari satu bulan, tapi setidaknya aku bisa bertemu langsung dengan sosok penunggu mawar ungu yang telah mengangkatku dari kelamnya sumur tanpa dasar..."
"Penunggu... Mawar... Ungu..." aku tercekat tak percaya, satu lagi kenangan masa lalu ada dihadapanku, bahkan aku tak pernah tahu siapa dia tapi dia seakan sangat mengenalku dengan baik.
"maaf ya mas, aq cuma sharing tanpa bermaksud menggurui"
"iya, dimaafkan..." jawabku sambil menghela nafas panjang. Dia tersenyum dan beranjak dari ayunan menuju bungalow.
"aku yakin mas bisa mengatasinya, Ganbatte !!" perlahan bayangan Rin lenyap dibalik pintu bungallow, dan tidak lama kemudian lampu kamarnya yang masih menyala sekarang mati dan itu artinya pula aku sekarang benar-benar sendiri ditengah taman ini.
"halah kamu Rin, kebanyakan nonton anime... Pake istilah ganbatte segala, met istirahat aja Rin. Don't worry about me... sudah biasa sendiri dan kesepian"
Kini tinggal aku sendirian, terduduk di tengah taman. Disirami rintik hujan seakan mewakili tetesan air mata yang tidak pernah dapat aku jatuhkan dari kedua kelopak mataku. Malam ini aku akui, jika aku tidak setegar seperti yang mereka sangka. Aku hanya bertingkah sok tegar padahal aku sangat rapuh dan mulai kehilangan pegangan.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda