Monday, December 17, 2012

Dunia Belum Kiamat

Senin, hari yang biasanya membosankan bagi sebagian besar karyawan di PT. CDM kali ini nampak berbeda. Suasana kantor yang penuh kesibukan in the first day of the week, sekarang tampak lebih santai mereka menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang sesama rekan.
Namun tidak untukku, aku tidak peduli dan lebih menyibukkan diri dengan permainan di salah satu jejaring sosial. Ya hari ini semua merayakan keberhasilan proyek perbankan yang telah mencapai tahap akhir, sebuah perjalanan yang melelahkan dari sebuah proyek jangka panjang (hampir 5 tahun berlalu dan kini akhirnya selesai juga).


"Mohon perhatiannya rekan-rekan semua" suara pak Aceng memecah hiruk pikuk obrolan para karyawan yang sedang asyik berbincang-bincang dan kontan suasana berubah hening sejenak, menyimak apa yang akan dikatakan pak Aceng selanjutnya.
"Saya lihat ada yang berbeda dengan hari ini, mungkin kalian juga sudah tahu semua. Hari ini kita merayakan momen terpenting dalam perjalanan bisnis kita." aku mau tidak mau menghentikan permainannya dan ikut menyimak pembicaraan pak Aceng dengan seksama.
"Terima kasih atas semua tim yang sudah mendukung berjalannya project Perbankan hingga selesai dengan sempurna. Mulai dari tim business, tim development, tim marketing, tim dokumentasi bahkan Jono pun sangat berperan dalam hal ini... jika gak ada dia kalian tidak akan bekerja dengan baik, bukan begitu Jon ?" semua tertawa dan melihat Jono hanya nyengir sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Tapi yang pasti, ada satu orang yang secara resmi saya minta untuk mengatakan nya... Gee, silahkan..." aku sempat bingung, apa yang dimaksud pak Aceng dengan mengatakannya. Sementara semua orang nampak melihat kearahku menunggu aku mengatakan sesuatu yang dimaksud pak Aceng.
"He? enggh..." masih terbengong dan coba berfikir keras, dan akhirnya aku tahu apa yang dimaksud.

"It's a wrap !!!" teriakku sambil mengacungkan kepalan tangan ke udara
"HOREE !!!" semua bersorak diiringi letusan kertas warna warni yang berhamburan memenuhi ruang kantor, menandakan akhir dari sebuah perjalanan project yang melelahkan namun berakhir dengan baik... sangat baik.
Bersamaan dengan itu, keluarlah Rinjani dengan sebuah cheesecake di tangannya, dan berlanjut dengan ritual potong kue, aku coba membaurkan diri ditengah riuh rendah perayaan kecil tersebut tapi tetap saja fikiranku tidak disitu entah melayang kemana aku tak tahu.

-o0o-

Menjelang makan siang, Jono mengatakan bahwa tadi aku dicari pak Aceng diruang kerjanya. Aku yang saat itu sedang menikmati hisapan terakhir rokokku segera bergegas menuju lantai 3. Aku ketuk pintu direksi sambil melongokkan kepalaku kedalam, kulihat pak Aceng sedang sibuk menganalisa laporan yang bertumpuk dimeja kerjanya.
"Bapak memanggil saya ?" tanyaku, dia kontan menoleh dan melepas kacamatanya seraya memanggilku masuk.
"Iya... ayo masuk Gee, tolong tutup pintunya sekalian" aku segera masuk, menutup pintu dan duduk di depan meja kerjanya. Sebetulnya aku sudah tahu apa yang akan pak Aceng bicarakan, yaitu tentang kelanjutan keberadaanku di PT. CDM dan keputusanku sudah bulat aku tidak akan pernah bisa dirayu lagi oleh dia untuk kembali bekerja.

"Terima kasih ya, sudah mensupport kita untuk menuntaskan sisa pekerjaan yang masih tertunda"
"Tidak masalah pak, lagipula itu masih tanggung jawab saya" jawabku merendah.
"Hmm... andai banyak karyawan seperti kamu Gee, namun sayang sepertinya segigih apapun saya membujuk kamu kembali firasat saya mengatakan kamu akan tetap pada keputusanmu" ujarnya sambil tersenyum. aku hanya menghela nafas, tidak kuasa rasanya balas menatap wajah pak Aceng.
"Iya pak, mohon maaf sekali"
"Jujur Gee, disatu sisi aku konsern dengan keadaan yang kamu jalani saat ini" aku menahan agar tidak tertawa saat mendengar pak Aceng mengucapkan kata concern dengan logat sunda nya yang kental karena terasa aneh ditelinga.
"Maaf jika terkesan saya mencampuri masalah pribadimu, saya usahakan tetap netral untuk memberimu sebuah gambaran secara sederhana" iya, aku sangat mengerti pak... justru sebetulnya aku yang tidak enak pada pak Aceng dan perusahaan yang telah membesarkanku hingga sekarang. Tapi jika aku tetap bertahan di perusahaan ini, aku hanya akan jadi beban karena semangat kerjaku sudah hilang. Aku hanya akan menjadi parasit, pemakan gaji buta tanpa melakukan apapun.
"Andaikan saya punya sebuah PC pentium core i5 dengan memory 2 GB, dimana kinerjanya seperti yang kamu ketahui sudah tidak diragukan lagi dong. Dan pada suatu ketika terjadi bencana..." ujarnya seraya bangkit dari tempat duduknya mendekatiku sambil terus berbicara tentang perumpamaan yang dia gambarkan.
"Bencana itu adalah, tiba-tiba saja karena ada konsleting listrik menyebabkan harddisk nya rusak tidak bisa dipakai lagi... semua data lenyap, semua pekerjaan yang sudah saya kerjakan bertahun-tahun hilang begitu saja... kecewa ? tentu saya akan sangat kecewa, marah, kesal..." dia menatapku tajam, sambil duduk di bibir meja memegang pundakku.
"Apa itu artinya pentium core i5 saya sudah tamat ?"
"enggh... belum pak, yang rusak kan harddisknya, kecuali processor atau motherboardnya rusak juga"
"Tepat sekali, kamu sudah bisa menjawab sendiri kan..." aku masih bingung dengan kata-kata dia.
"Maksudnya pak ?"
"Gee, pentium core i5 itu saya umpamakan kamu. Semua orang minimal sekali dalam hidupnya pasti mengalami apa itu cobaan hidup. Tidak semua bagian dari dirimu hancur Gee, semisalkan hanya harddisk saja yang rusak tapi tidak berarti kamu sudah tidak berguna kan ?" aku menunduk...
"Saya disini bertugas menggunakan semaksimal mungkin semua asset perusahaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, itu kenapa saya wajib mengatakan ini padamu."
"Gee, kamu adalah asset perusahaan yang tidak ternilai harganya oleh uang. Seperti yang kamu tahu juga, terhitung selesainya project ini dan status resign yang kamu ajukkan sudah terpenuhi semuanya maka biaya maintenance yang setiap bulan saya transfer ke rekening kamu itu secara otomatis akan terhenti sama sekali"
"Iya, saya sudah tahu itu pak dan sudah saya pertimbangkan untuk tetap pada keputusan awal saya"
Sejenak pak Aceng terdiam, sesekali menghela nafas panjang.
"Iya saya tidak bisa memaksa, hanya saja saya sangat menyayangkan jika peristiwa perceraian yang menimpamu itu merubah hidupmu 180 derajat. Sebagai sahabat, saya ingin sekali membantu sekiranya jika memang ada yang bisa saya lakukan..."
"Bahkan kalo perlu saya carikan calon istri lagi? biar saya jejerkan satu-satu biar mereka kontes didepan kamu ? hahahaha" pak Aceng masih saja terbersit untuk bercanda, aku hanya tersenyum coba ikut tertawa walau terasa hambar.
"Gee... Dunia Belum Kiamat. Kalo istilah asingnya world was neper end... yet" lagi-lagi aku coba menahan tawa, logatnya itu gak nahan.
"Iya pak, terima kasih atas perhatian bapak dan semua rekan-rekan... jujur saya sangat terharu dan bahagia bisa jadi bagian keluarga besar CDM"
"Atau perlu saya yang konsolidasikan dengan Maya ?"
"He ?" bak disambar petir disiang bolong, ternyata issue itu sudah sampe ke telinga pak Aceng.
"Jangan kaget gitu dong Gee, biasa aja lah... saya juga memantau apa yang terjadi dengan karyawan saya. Apalagi asset penting seperti kamu, saya sangat menjaga stabilitas emosi kamu agar kinerjamu bisa meingkat terus"
"Iya, maaf pak semua jadi berantakan seperti ini dan membuat kinerja perusahaan terpengaruhi"
"Wajar lah, saya juga pernah muda Gee. Dan jauh sebelum kamu jadi 'Bajingan' saya sudah lebih dulu jadi rajanya 'Bajingan' seluruh Indonesia hahahaha. Tapi memang benar, saya tidak menyalahkan ataupun membenarkan. Semua yang kamu lakukan di luar kantor itu adalah urusan kamu saya tidak peduli, semua menjadi urusan saya ketika sudah mulai mengganggu kinerja perusahaan" Semua kata-kata pak Aceng tidak terlalu aku tanggapi aku justru sibuk berfikir tentang darimana dia mengetahui issue hubunganku dengan Maya.

"Jika saya jadi kamu, saya akan mengganti harddisk tersebut dengan yang baru. Bahkan mungkin saya tambahkan memory atau saya juga mengganti display adapter agar peforma PC saya lebih cetar dari sebelumnya"
"Pak Aceng sadar gak sih kalo dia sudah termakan oleh provokasi Syahrini? kenapa pula penulis selalu menyisipkan kata cetar... dasar penulis lebay" gumamku yang terganggu karena selalu menemukan kata cetar membahana.
"Again, this is my opinion. Semua keputusan kembali pada kamu, jika memang sudah bulat dan tidak bisa dirubah lagi seperti janji saya pembayaran terakhir untuk instalasi sistem ini saya transfer langsung ke rekening mantan istrimu secara berkala selama 5 bulan berturut-turut"
"Iya pak, saya mohon maaf belum bisa bekerja maksimal lagi untuk perusahaan. Daripada nanti reputasi saya malah memburuk karena kinerja yang tidak baik"
"Kalo boleh saya tahu, kenapa nomor rekening tujuannya sejak dari maintenance pertama hingga sekarang adalah rekening mantan istrimu? sorry kalo kamu keberatan menjawab tidak usah kamu jawab saya hanya tidak habis fikir itu saja" Aku tersenyum, dan menjawab
"Gapapa pak, memang sengaja saya persembahkan untuk istri dan anak saya sebagai janji terakhir yang dapat saya berikan."
"Lalu... selama dua bulan kemarin kamu makan dari mana ?"
"Saya mengelola lahan warisan nenek, kebutuhan saya sudah tercukupi dari sana bahkan berlebih pak"
"Oh, bener-bener 100% alih profesi rencananya ?"
"Bisa dibilang seperti itu, tapi tidak selamanya juga pak mungkin satu saat saya kembali setelah semua selesai..."
"Hebat, jarang ada orang seperti kamu Gee. Walaupun denger-denger mantan istrimu sudah menikah lagi bukan ?"
"Iya pak, kalau masalah itu kan diluar konteks saya dan dia. Lagipula sekarang dia sudah bebas dari saya kapan saja bisa menjalin lagi komitmen dengan yang lain"

-o0o-

Penuh rasanya kepalaku berbincang-bincang dengan dia selama satu jam, banyak pertanyaan yang sulit aku jawab karena hampir semua menyangkut masalah pribadiku.
"Oya, satu lagi permintaan saya, tolong jangan kamu tolak ya" kata pak Aceng, perasaanku mulai gak enak pasti ada sesuatu lagi rencana iseng pak Aceng.
"Kalo boleh tahu apa ya pak ?"
"Rencana pulang kamu diundur minggu depan OK, hari selasa, rabu dan kamis ini kita berencana mengadakan company gathering ke puncak" walau kecewa apa daya, karena pak Aceng beralasan dia menandatangani berita acara penyelesaian proyek ini sepulang dari acara gathering.
"Baik kalo begitu pak, saya boleh menunggu di hotel saja ?"
"Oh tidak bisa... justru kita mengadakan gathering sekalian acara parewell party hahaha"
"kamfret...kamfret...kamfret..." tidak henti-hentinya aku mengumpat tidak berdaya dengan akal bulus pak Aceng.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda