Wednesday, December 12, 2012

Ospek

Bangun kesiangan ? sudah tidak ada dalam kamusku lagi, itu kenapa sewaktu Rudi datang menjemput jam 8 pagi aku sudah standby di lobby hotel. Kita langsung berangkat ke head office CDM di Alam Sutera yang jaraknya tidak jauh dari tempatku menginap.


Yang tidak aku sangka adalah penyambutan kedatanganku dikantor. Sudah seperti layaknya selebriti yang dieluk-elukkan oleh para fans nya *atau mungkin aku terlalu over peDeh hahaha entahlah.
Kembali ke meja kerjaku, semua terlihat tertata rapi. Hanya saja barang-barang pribadiku sudah tidak ada, tampaknya walaupun aku sudah resign Jono (OB kesayangan) masih tetap setia membersihkan mejaku setiap pagi.

Sama seperti hari ini, tidak lama setelah aku duduk dia pun datang menghampiri membawa segelas teh hangat.
"Masih inget ternyata kamu, menu pagi hari teh manis anget jon ?" candaku
"Hehehe iya pak, mana mungkin saya lupa"
"Gimana kabar anakmu? sekarang mungkin dah masuk 2 tahun ya ?"
"Alhamdulillah baik pak, iya bulan depan mau 2 tahun"
"Syukurlah kalo begitu, sampaikan saja salamku buat keluarga"
"Siap pak..." jawabnya seraya kembali ke pantry untuk menyiapkan kopi buat boss Aceng.

-o0o-

Dokumen sudah disiapkan semua, hanya tinggal aku sendiri yang belum bergabung dengan tim yang lain untuk meeting koordinasi membahas rencana instalasi sistem.
Aku coba mengintip lewat kaca pintu, sudah banyak orang didalam termasuk pak Aceng yang sesekali bersenda gurau dengan karyawan yang lain menunggu kedatanganku. Sekilas aku lihat ternyata Maya pun sudah hadir disana sebagai perwakilan dari Bank yang bekerjasama dengan PT. CDM untuk pengembangan sistem ini.
"Nah ini dia, yang ditunggu-tunggu dari tadi. Silakan mas Gee kita langsung aja mulai rapatnya" sambut pak Aceng melihat aku masuk kedalam ruang meeting.
Jujur, aku sedikit merasa canggung. Perlahan berjalan ke meja pertemuan dan duduk tepat didepan Maya yang saat itu wajahnya sedingin es. Ritual selanjutnya, menyalami semua yang ada diruang meeting termasuk dia, keceriaan dan kejeniusannya sekarang tidak nampak diwajahnya yang ada hanya tatapan yang tajam dan sedikit senyum untuk menutupi mendung diwajahnya.

Sudah lama sekali aku tidak berbicara didepan para jagoan-jagoan bisnis ini terlebih lagi langsung mempresentasikan rencana instalasi sistem yang mustahil secara logis bagi sebagian praktisi IT. Tapi justru inilah tantangan, dan aku selalu menjadikan tantangan sebagai motivasi dalam menjalani hidup. Percayalah, aku pasti akan buat semua percaya dan faham akan rencanaku dan secepatnya aku dapat kembali ke tempat pengasinganku dengan segala kesederhanannya.

-o0o-

Nampaknya presentasi tidak semulus yang aku bayangkan, entah karena aku sudah kehilangan sentuhan keberuntunganku atau memang anak muda sekarang lebih kritis dibanding programmer seumuranku. Aku cukup babak belur dibuatnya dengan gelombang pertanyaan yang menjengkelkan. Tapi yang lebih mematikan langkahku adalah, pertanyaan yang dilontarkan oleh Maya, bukan karena seorang Maya yang bertanya karena memang pertanyaannya membuatku mati kutu. Sometimes I wonder what's wrong with this girl, is it pure professional or it's already become personal... I don't know, fiuh me and my stupidity.

5 Jam berlalu, keluar dari ruang meeting I feel so damn F.U.B.A.R (f*ck up before all resolved). Maya hanya tersenyum melihat aku hancur lebur seperti ini, dengan ringannya dia menepuk pundakku seraya berlalu... tak lupa dia berkata tanpa sedikitpun menoleh kepadaku.
"Can't wait to see you tomorrow Gee..." Aku hanya bengong, tertunduk lesu. Tiba-tiba pak Aceng melambaikan tangannya dari depan lift meminta aku mengikutinya masuk keruangan dia.

"Gee, silahkan masuk..." perlahan aku masuk ke ruangan dia. Didalam sudah ada seorang wanita muda yang sudah melengkapi dirinya dengan buku catatan dan pulpen.
"Perkenalkan, ini programmer baru kita... namanya Rinjani. Rin... kenalkan programmer senior kita Gee" kami pun berjabat tangan, dia menunduk hormat seraya tersenyum namun aku tidak tertarik sedikitpun untuk membalas senyuman. Masih berasa jengkel dengan acara "menelanjangi" kredibilitasku di ruang meeting tadi.
"Hei... aku tahu apa yang ada difikiranmu, sudahlah gak usah terlalu difikirkan. Client memang seperti itu, sok tahu dan sok pintar sebagai bluff untuk menutupi rasa malu mereka akan kebodohan mereka Gee" aku hanya tersenyum pahit
"Yaa begitulah, saya anggap itu ospek buat saya yang terjun lagi kedunia IT ini hehehe"
"Hahahaha, itu baru semangat... saya suka itu, oya langsung aja. Rinjani ini adalah progammer yang akan mensupport semua kebutuhanmu sekaligus saya harap kamu bisa transfer knowledge untuk program perbankan ini" sekilas aku melirik ke Rinjani, walau tidak bermaksud merendahkan dia tapi wajahku tidak bisa membohongi ekspresi hati yang sudah mendung oleh meeting yang menjengkelkan sekarang aku harus transfer knowledge pada seorang amatiran ? you know how hard it is ?

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pendapat anda